Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Operator telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) kembali mencatatkan pertumbuhan kinerja pada kuartal kedua tahun ini. Pada periode April-Juni 2021, pendapatan XL Axiata naik 8% dibandingkan kuartal I-2021 menjadi Rp 6,73 triliun.
Alhasil, total pendapatan EXCL sepanjang semester I-2021 mencapai Rp 12,9 triliun.
Pada kuartal kedua, XL Axiata juga mencetak laba bersih sebesar Rp 395 miliar atau naik 23% dibanding kuartal sebelumnya. Dengan ini, total laba bersih yang berhasil diraup perusahaan mencapai Rp 716 miliar dalam enam bulan pertama 2021.
Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, pencapaian positif ini tidak terlepas dari keberhasilan penjualan dan kenaikan trafik yang XL Axiata raih di sepanjang periode Lebaran lalu.
"Pada saat yang bersamaan, kami terus fokus melakukan digitalisasi di semua lini bisnis dan operational excellence, termasuk menekan biaya untuk mempertahankan tingkat profitabilitas serta meningkatkan efisiensi. Kami juga menawarkan produk-produk yang tepat sesuai kebutuhan pelanggan dengan mengoptimalkan pemanfaatan data analytics untuk melakukan upselling melalui saluran penjualan omni channel yang kami miliki," jelas Dian dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kontan.co.id, Kamis (5/8).
Baca Juga: EXCL dan Axiata akan akuisisi saham Link Net (LINK), simak rencana bisnisnya
Lebih lanjut, Dian bilang, peningkatan kualitas dan jangkauan jaringan XL, penyediaan produk yang sesuai kebutuhan pelanggan, serta digitalisasi untuk peningkatan penjualan telah berhasil mendorong kenaikan trafik penggunaan data. Selama semester pertama 2021, total trafik layanan XL Axiata meningkat sebesar 33% year on year (yoy) menjadi 2.963 Petabyte.
Peningkatan trafik ini mendorong pendapatan data XL Axiata pada kuartal II-2021 naik 9% menjadi Rp 5,90 triliun dibanding kuartal sebelumnya. Tumbuhnya pendapatan data tersebut mampu meningkatkan besaran kontribusi terhadap total pendapatan layanan menjadi sebesar 94%.
Meningkatnya kualitas layanan secara umum juga turut berkontribusi pada bertambahnya jumlah pelanggan. Hingga akhir kuartal kedua 2021, tercatat total jumlah pelanggan XL Axiata bertambah menjadi 56,77 juta, dari sebanyak 56,02 juta di kuartal pertama.
Campuran pendapatan rata-rata per pengguna alias average revenue per user (ARPU) antara prabayar dan pascabayar juga meningkat dari Rp 35.000 di kuartal pertama menjadi Rp 37.000 di kuartal kedua. Sementara untuk tingkat penetrasi smartphone, berhasil meningkat dari 90% di kuartal pertama menjadi 91% di kuartal kedua.
Di sisi lain, sepanjang semester 1 2021, XL Axiata berhasil mengurangi beban operasional sebesar 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan biaya operasional tersebut terjadi pada biaya interkoneksi dan biaya langsung lainnya yang minus 22% yoy, terutama karena interkoneksi yang lebih rendah akibat penurunan trafik layanan legacy, yakni SMS dan voice.
Selain itu, biaya tenaga kerja juga turun 6% yoy karena revisi provisi remunerasi dan biaya infrastruktur turun sebesar 13% yoy. Sementara untuk biaya pemasaran meningkat 31% yoy.
Serapan belanja modal
Untuk membiayai pembangunan jaringan dan mendorong pertumbuhan pendapatan, XL Axiata telah membelanjakan capital expenditure (capex) yang lebih besar. Hingga akhir semester 1-2021, capitalized capex XL Axiata meningkat 22% yoy menjadi Rp 4,57 triliun.
Baca Juga: Merger-akusisi jadi opsi perluas pasar dan bangun ekosistem di bisnis telekomunikasi
"XL Axiata terus melakukan perluasan jaringan data pita lebar ke berbagai pelosok Nusantara, terutama di wilayah luar Jawa. Selain itu, proses fiberisasi juga terus diperluas untuk meningkatkan kualitas layanan data," tegas Dian.
Hingga akhir Juni 2021, perusahaan berhasil meningkatkan jumlah total BTS menjadi 156.709 unit, atau naik 12% yoy. Jumlah BTS 4G turut bertambah menjadi 65.658, dari 49.744 di periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara untuk total area yang terlayani 4G sudah mencapai 458 kota/kabupaten.
Neraca perusahaan saat ini juga tetap sehat dengan saldo kas yang relatif tinggi. Free Cash Flow (FCF) berada pada tingkat yang sehat, yaitu sebesar Rp 1,91 triliun.
Menurut Dian, perusahaan juga mampu mempertahankan tingkat kesehatan neraca dengan tingkat utang bersih yang terkelola dengan baik dan stabil. Besaran utang bersih meningkat sebesar 19% yoy menjadi Rp 8,09 triliun, tetapi rasio utang bersih terhadap EBITDA masih 0,6 kali.
Perusahaan juga tidak memiliki utang berdenominasi dollar Amerika Serikat. Sebesar 71% dari pinjaman yang ada saat ini berbunga floating dan pembayarannya dikelola hingga dua tahun ke depan.
Selanjutnya: Kinerja moncer, pendapatan Itama Ranoraya (IRRA) melesat 611,6% di semester I-2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News