Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan kinerja kurang memuaskan selama sembilan bulan tahun ini. Laba bersih emiten rokok ini turun 11,7% secara tahunan menjadi Rp 4,9 triliun.
Presiden Direktur HMSP Vassilis Gkatzelis menyebutkan Sampoerna sedang menghadapi dinamika yang sangat menantang. Utamanya didorong oleh kenaikan cukai rokok yang tinggi dan jauh di atas angka inflasi.
"Kami tidak dapat meneruskan sepenuhnya beban cukai yang meningkat kepada konsumen,” kata Vassilis dalam paparan publik, Selasa (1/11).
Baca Juga: Laba Gudang Garam (GGRM) Merosot 63,92% Jadi Rp 1,49 triliun pada Kuartal III 2022
HMSP mencatat selisih tarif cukai antargolongan makin lebar, terutama cukai segmen sigaret kretek mesin (SKM) golongan IIA yang selisihnya sekitar 40% dengan golongan I. Menurutnya, faktor tersebut ditambah dengan melemahnya daya beli perokok dewasa sebagai dampak dari pandemi telah menyebabkan percepatan tren downtrading.
"Perokok dewasa beralih ke produk dengan cukai dan harga yang lebih rendah," kata dia.
Pangsa pasar dan volume penjualan produk di golongan I dia sebut mengalami penurunan signifikan sejak 2019. Hal ini berbanding terbalik dengan meningkatnya pangsa pasar untuk Golongan II dan III yang terus meningkat, dari 20% pada 2019 menjadi 36% pada kuartal ketiga 2022.
Mempertimbangkan arah kebijakan cukai dan percepatan downtrading selama tiga tahun terakhir, Vassilis mengatakan intervensi arah kebijakan cukai amat diperlukan. Menurut dia, kebijakan fiskal merupakan salah satu kunci untuk memastikan keberlanjutan usaha dan investasi pelaku industri rokok golongan I.
Baca Juga: Laba Bersih Turun, Cek Rekomendasi Saham HM Sampoerna (HMSP)
Apalagi, mengingat industri ini menjadi salah satu penyerap tenaga kerja dan hasil tembakau, serta menjadi sumber pemasukan negara. Sepanjang 2021, HMSP membayar pajak sebesar Rp 78,7 triliun dan per September 2022, perseroan telah menyetor Rp 66,2 triliun ke negara yang mencakup pembayaran cukai, pajak pertambahan nilai (PPN), pajak daerah, dan pajak penghasilan (PPh).
Meski demikian, HMSP berhasil mencetak kenaikan pendapatan hingga kuartal ketiga 2022. Hal ini diiringi kenaikan harga 8% hingga September 2022, memberikan kontribusi terhadap penjualan bersih hingga Rp 83,4 triliun, atau meningkat 15% secara tahunan.
Vassilis menyebutkan, HMSP mencatat pangsa pasar sebesar 28% sampai akhir kuartal ketiga 2022 dengan total volume penjualan 65,6 miliar batang. Pencapaian ini ditunjang oleh portofolio kelompok merek Sampoerna A mencapai volume penjualan 29,3 miliar batang, atau 12,5% pangsa pasar.
Rokok merk Dji Sam Soe memperoleh kenaikan volume sebesar 10,7%. Lalu, volume penjualan Marlboro juga tumbuh 10,5%.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham HM Sampoerna (HMSP) di Tengah Penurunan Laba Bersih
Selain itu, Sampoerna terus memperkuat jaringan penjualan di seluruh Indonesia, termasuk meningkatkan akses digitalisasi melalui ekosistem Sampoerna Retail Community (SRC) yang mencakup sekitar 200 ribu peritel tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia.
Guna menggenjot kinerja, HMSP juga akan segera mengoperasikan fasilitas produksi batang tembakau untuk isi ulang (refill) rokok elektrik IQOS dengan merek HEETS di Karawang. Sampoerna membangun pabrik tersebut dengan nilai investasi US$ 166,1 juta atau setara Rp 2,57 triliun.
"Ini akan menjadi pabrik HEETS ketujuh di seluruh dunia," ujar Vassilis.
Adapun investasi fasilitas produksi yang mulai dibangun sejak 2021 ini dijadwalkan mulai beroperasi pada kuartal keempat 2022. Fasilitas ini untuk memenuhi permintaan domestik dan pasar ekspor di kawasan Asia Pasifik.
Fasilitas produksi HEETS dinilai akan memperkuat kinerja ekspor perseroan yang saat ini produknya telah menjangkau ke sekitar 40 destinasi di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News