kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini pendorong kenaikan harga batubara acuan (HBA) di November 2020


Kamis, 05 November 2020 / 18:55 WIB
Ini pendorong kenaikan harga batubara acuan (HBA) di November 2020
ILUSTRASI. Harga batubara acuan (HBA) periode November 2020 naik 9,23% dari bulan sebelumnya.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara acuan (HBA) periode November 2020 naik. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA bulan ini sebesar US$  55,71 per ton. HBA ini naik 9,23% dibandingkan dengan HBA periode Oktober 2020 yang kala itu berada di angka US$ 51 per ton.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus membeberkan, kenaikan harga batubara acuan di November tidak terlepas dari pulihnya aktivitas perekonomian. Nico menilai, masa-masa sulit yang dihadapi perekonomian dunia sudah seluruhnya hampir terlewati, meskipun sejumlah negara di Eropa berpotensi menghadapi gelombang kedua Covid-19.

Terlebih, kondisi ekonomi sejumlah mitra dagang Indonesia sudah mulai pulih kembali. Seperti China misalnya, yang kegiatan industrinya sudah mulai mengalami pemulihan yang pada akhirnya mendorong permintaan akan emas hitam ini.

“Tidak hanya China, tetapi di Jepang dan Korea Selatan juga meningkat. Ini menjadi ini poin yang bagus bahwa industri pertambangan kita sudah pulih kembali,” ujar Nico kepada Kontan.co.id, Kamis (5/11).

Baca Juga: Ramai sentimen, begini prospek emiten tambang batubara ke depan

Dus, kenaikan HBA ini bisa menjadi bantalan empuk bagi komoditas batubara untuk kembali ke atas level US$ 60 dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tahun 2021. Ke depan, prospek komoditas batubara juga ditentukan oleh kemenangan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih.

Yang harus menjadi perhatian pasar adalah, jika Biden  terpilih maka akan ada potensi terjadinya capital inflow ke tanah air. Sebab, salah satu kebijakan mantan wakil presiden di pemerintahan Barack Obama tersebut adalah menaikkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan atau korporasi menjadi 28% dari saat ini 21%.

Jika perusahaan di Negeri Paman Sam  tersebut banyak yang lebih memilih pajak badan sebesar 21%, maka ada kemungkinan perusahaan AS memilih memindahkan usahanya ke luar negeri. termasuk Indonesia. Alhasil, investasi asing langsung atawa foreign direct investment (FDI) berpotensi naik.

Baca Juga: Harga Batubara Acuan (HBA) naik, emiten ini bakal kecipratan untung

Kedua, perpanjangan fasilitas generalized system of preferences (GSP) dari Amerika Serikat (AS) terhadap barang impor dari Indonesia serta adanya potensi Indonesia mendapatkan limited trade deal. “Meskipun tidak berkaitan langsung dengan sektor mining, kami melihat  adanya capital inflow jika Joe Biden menang akan membuat industri kembali menggeliat. Kami berpikir ini akan menjadi poin yang bagus,” pungkas Nico.

Selain itu, memanasnya hubungan antara China dengan Australia juga bisa menjadi  peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan porsi ekspornya ke Negeri Kanguru tersebut.  Untuk diketahui, Beijing mulai melarang tujuh komoditas yakni barley (gandum), gula, anggur merah, kayu, batubara, lobster, bijih tembaga, hingga konsentrat tembaga dari Australia untuk masuk ke China mulai Jumat (30/10). 

Baca Juga: Harga batubara acuan (HBA) naik 2 bulan beruntun, APBI: Ini sentimen positif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×