kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini kendala Terregra Asia dalam mengembangkan bisnis energi baru terbarukan


Kamis, 09 Agustus 2018 / 08:51 WIB
Ini kendala Terregra Asia dalam mengembangkan bisnis energi baru terbarukan
ILUSTRASI. Rencana IPO PT Terregra Asia Energy Tbk


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) tengah menggarap 11 proyek dengan total kapasitas 492 MW yang terdiri dari sembilan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Sumatera dan dua Pembangkit Tenaga Air (PLTA) di Aceh.

Lasman Citra, Wakil Direktur Utama Terregra Asia Energy mengatakan, ada empat proyek yang dalam tahap kontruksi. “Ada yang sudah 70% dalam tahap pembebasan lahan. Ada beberapa pemain dari Jepang, China, dan Norwegia yang mana mereka sudah dalam tahap menjajaki. Kalau untuk proyek mini-hydro, investor Jepang yang lebih agresif,” kata Lasman, Rabu (8/8).

Selain itu, memperluas ekspansi pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia bagian timur dan Australia. Sebegai perusahaan yang fokus dalam bisnis energi baru dan terbarukan (EBT), Lasman mengatakan ada beberapa kendala perusahaan untuk melancarkan bisnisnya. Proses feasibility study sampai commercial on date (COD) membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Terutama dalam proyek mini-hydro dan large scale hydro kami harus mempelajari airnya seperti apa, berapa debet air, untuk mendapatkan data airnya saja kita memperlukan waktu dua tahun,” ungkapnya. Menurutnya, tahap awal menjadi tahap terberat dalam pengembangan PLTA dan PLTMH.

Sedangkan untuk kendala perusahaan dalam mengembangkan PLTS, PLTA, dan PLTMH perusahaan harus menempuh perizinan yang sulit, berbeda dengan di Australia. “Di Autralia kami cuma butuh dua izin, di Indonesia ada 30-an perizinan yang perlu diurus. Untungnya sekarang sudah mulai disederhanakan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×