kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Ini kata para analis soal masih lesunya sektor properti


Rabu, 23 Oktober 2019 / 15:49 WIB
Ini kata para analis soal masih lesunya sektor properti
ILUSTRASI. Pembangunan perumahan di kawasan Tangerang, Banten, Senin (14/10). Berbagai kebijakan positif pemerintah diyakini bakal mendorong sektor properti untuk menjadi andalan pertumbuhan ekonomi 2020 yang diproyeksi mencapai 5,1-5,5%. . KONTAN/Baihaki/14/10/2019


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

Direktur Riset dan Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga menyoroti soal daya beli masyarakat.

Pelemahan sektor properti disebabkan oleh penurunan daya beli disertai dengan harga property yang melambung. Hal ini membuat konsumen menahan untuk membeli properti.

Baca Juga: Jababeka kembangkan tourism city untuk hadapi tantangan industri 4.0,

Kendati begitu, Nico justru melihat di sisa tahun ini property memiliki peluang untuk tumbuh. Terutama karena adanya penurunan suku bunga bank sentral.

Meski perlu diakui, pemangkasan suku bunga belum ditanggapi cepat oleh perbankan untuk memangkas tingkat suku bunga kreditnya.

“Bagus atau tidaknya properti tergantung bagaimana bank bisa mengakomodir sektor properti,” jelas Nico.

Lebih lanjut, dia juga menegaskan tidak semua emiten di sektor properti lesu. Beberapa emiten mencatatkan kinerja positif di tengah kondisi saat ini. Oleh sebab itu, Nico menyarankan investor untuk tetap melihat fundamental bisnisnya dengan valuasi perusahaan.

Baca Juga: Cahayaputra Asa keramik (CAKK) berencana tambah kapasitas tahun depan

Nico merekomendasikan saham BSDE dengan target harga dalam satu tahun mencapai Rp 1.700, CTRA dengan target Rp 1.600 dan SMRA dengan target Rp 1.360.

Nico juga melihat manajemen tetap harus mencari proyek yang memiliki nilai strategis dan bisa mendatangkan recurring income. Selain itu harga properti dengan daya beli juga harus disesuaikan agar penjualan properti dapat terserap dengan baik.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BSDE Hermawan Wijaya menyebutkan, dari penjualan perusahaan, segmen residensial untuk kelas menengah merupakan segmen yang paling laris.

Baca Juga: Per September 2019, marketing sales Alam Sutera (ASRI) sebesar Rp 1,81 triliun

Hal ini juga didukung oleh pernyataan Direktur dan Sekretaris Perusahaan Metropolitan Land Olivia Surodjo.

“Segmen menengah masih laris, terutama yang di bawah Rp 600 juta. Kalau middle up masih lumayan, kalau middle low masih oke,” jelas Olivia.

Pada kuartal III-2019, MTLA membukukan marketing sales Rp 1,38 triliun. Jumlah tersebut setara 62,72% dari target yang dipasang tahun ini yang sebesar Rp 2,2 triliun. Perolehan tersebut juga mengalami penurunan 16,36% yoy dari Rp 1,65 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×