Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Reksadana campuran umumnya bersifat moderat. Namun, manajer investasi juga menciptakan reksadana campuran yang kurang berisiko guna memenuhi kebutuhan investor konservatif.
Salah satunya, Panin Asset Management yang mayoritas mengalokasikan dananya di Surat Utang Negara (SUN) untuk reksadana Panin Dana Prioritas.
Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja mengatakan, perusahaan memilih SUN bertenor menengah agar kurang fluktuatif ketimbang obligasi pemerintah jangka panjang. Namun, di saat yang sama, dapat memberikan imbal hasil yang menarik.
“Kami pilih SUN jangka menengah sekitar 5 tahun – 10 tahun. Ada SUN tenor pendek tapi sedikit,” tuturnya.
Asal tahu saja, per Juli 2015, 61,22% aset dasar Panin Dana Prioritas diputar dalam SUN dan obligasi korporasi. Sisanya 33,45% berupa instrumen pasar uang. Efek saham hanya mencakup 5,33%.
Sesuai kebijakan investasi, produk yang meluncur sejak 5 Desember 2012 lalu ini leluasa menempatkan 5% - 30% dana kelolaan dalam efek saham. Lalu porsi efek utang dan instrumen pasar uang sebesar 5% - 79%. “Produk ini cocok bagi masyarakat yang risk profilenya rendah tapi ingin reksadana campuran. Karena porsi sahamnya sedikit sehingga tergolong reksadana campuran yang konservatif,” tukas Ridwan.
Data Infovesta menunjukkan, secara year to date hingga 24 Agustus 2015, kinerja Panin Dana Prioritas masih minus 1,55%. Namun pencapaian tersebut di atas rata-rata return reksadana campuran yang tercermin pada Infovesta Balanced Fund Index, yaitu minus 12,75% pada periode yang sama. Bahkan, kinerja produk ini juga lebih baik ketimbang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang minus 20,34%.
Ridwan mengklaim, pasar SUN memang tengah koreksi. Namun penurunan tersebut lebih baik ketimbang kondisi pasar saham. Sehingga alokasi dana di SUN yang menopang penyusutan return Panin Dana Prioritas agar tidak meluncur terlalu dalam.
“Penempatan mayoritas dana di SUN bisa menahan saat market turun,” ujarnya. Dengan strategi yang kini diterapkan, ia optimistis Panin Dana Prioritas dapat memberikan imbal hasil lebih baik ketimbang rata-rata return reksadana campuran pada pengujung tahun 2015.
Per Juli 2015, reksadana ini diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 1.033,8. Di saat yang sama, jumlah dana kelolaan produk ini sudah mencapai Rp 25,11 miliar.
Investor bisa mengoleksi reksadana ini dengan investasi awal minimal Rp 250.000. Pembelian selanjutnya juga minimal Rp 250.000. Panin Asset Management mengutip biaya pembelian maksimal 2% dari nilai transaksi.
Sedangkan biaya penjualan kembali (redemption) dalam waktu kurang dari enam bulan maksimal 0,5%. Penjualan kembali di atas 6 bulan tidak dikenakan biaya apapun.
Selain itu, Panin Asset Management juga mengenakan biaya pengalihan maksimal 2% dari nilai transaksi. Produk ini menggunakan bank kustodian PT Bank Central Asia Tbk.
Praska Putrantyo, Analis PT Infovesta Utama menyebutkan, kinerja Panin Dana Prioritas yang lebih unggul disebabkan portofolio reksadana ini yang berbasis SUN. Meskipun pasar SUN sedang koreksi, tekanannya tidak sedalam kondisi di pasar saham.
Menurut Praska, kinerja Panin Dana Prioritas hingga akhir tahun 2015 akan lebih baik ketimbang indeks reksadana campuran. Sebab, pasar SUN masih berpeluang bangkit setelah ada kepastian kapan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mengerek suku bunga acuanya, paling cepat September 2015. "SUN juga lebih likuid," katanya. Ia memprediksi, indeks rata-rata reksadana campuran akan bertengger di minus 1,9% pada akhir tahun 2015.
Saran Praska, idealnya investor harus menggenggam Panin Dana Prioritas selama tiga tahun hingga lima tahun agar memperoleh return tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News