kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini instrumen investasi yang paling moncer di tujuh bulan pertama tahun 2021


Senin, 02 Agustus 2021 / 06:04 WIB
Ini instrumen investasi yang paling moncer di tujuh bulan pertama tahun 2021
ILUSTRASI. Obligasi korporasi jadi instrumen investasi paling menguntungkan sepanjang tahun ini


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Obligasi korporasi menjadi instrumen investasi konvensional yang paling menguntungkan selama tujuh bulan pertama di tahun 2021. Tak ayal, para analis pun memproyeksikan, kinerja pasar obligasi tetap unggul hingga akhir tahun. 

Mengutip Bloomberg sejak awal tahun hingga Jumat (30/7), kinerja obligasi korporasi yang tercermin dalam IndoBex Corporate Bond tumbuh 6,18%. Menyusul kinerja tertinggi ke dua berasal dari valuta asing pasangan GBP/IDR yang tumbuh 5,16%.  Lalu diikuti, kinerja obligasi pemerintah tumbuh 2,67%. 

Sementara, investasi pada emas spot tercatat turun 4% dan untuk emas Antam ambles sekitar 14% pada periode yang sama. Di pasar saham, indeks harga saham gabungan (IHSG) pun hanya tumbuh 1%. 

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan kinerja obligasi korporasi unggul karena menawarkan kupon yang lebih tinggi dari imbal hasil obligasi pemerintah. Volatilitas yang rendah pada obligasi korporasi juga mendukung kinerja jadi yang paling tinggi di tengah kondisi ekonomi yang belum pasti. 

Baca Juga: Bakal jatuh tempo, obligasi Waskita Karya (WSKT) kantongi peringkat idBBB

"Durasi obligasi korporasi biasanya lebih pendek dari obligasi pemerintah sehingga volatilitas juga lebih rendah," kata Yudha, Jumat (30/7).

Karakteristik investor yang cenderung memegang obligasi korporasi hingga jatuh tempo juga membuat volatilitas harga di instrumen ini stabil. Yudha menyebut rata-rata transaksi obligasi pemerintah di pasar sekunder bisa mencapai Rp 18 triliun dalam satu hari, sementara, nilai transaksi obligasi korporasi hanya sekitar Rp ratusan miliar. 

Yudha memproyeksikan hingga akhir tahun obligasi korporasi masih menarik dan berpotensi memberi pertumbuhan kinerja yang unggul. Namun, seiring bertambahnya tekanan ekonomi akibat perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), risiko kredit perusahaan jadi meningkat.

Alhasil, investor harus semakin selektif dalam memilih obligasi korporasi. Yudha pun memandang obligasi pemerintah juga menarik karena likuiditas pasar melimpah, tidak memiliki risiko kredit, dan tren suku bunga masih rendah. 

Yudha memproyeksikan yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun berpotensi menurun ke 5,75%-6% di akhir tahun ini. Alhasil, pasar obligasi masih berpotensi memberi pertumbuhan kinerja (upside).

Selanjutnya: Aksi pencarian dana di pasar modal ramai, minat investor masih tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×