Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (4/10) tercatat melorot 1,89% ke level 5.756. Sementara itu, asing juga mencatatkan net sell yang cukup signifikan yakni sebesar Rp 1,16 triliun di seluruh pasar.
Kevin Juido, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas menilai, indeks saat ini sudah mencatatkan open gap down yang terealisasi dengan nilai tukar rupiah yang mencapai 15.000 pada pekan ini dan bahkan terus mencatatkan penurunan terhadap dollar Amerika Serikat hingga mencapai 15.200.
"Dengan kenaikan yang signifikan ini, asing mencatatkan net sell yang signifikan pula. Meski lebih menyukai pelemahan rupiah, asing lebih suka pergerakan yang cenderung stabil," kata Kevin kepada Kontan.co.id, Kamis (4/10).
Menurut Kevin, beberapa sentimen menjadi pemberat bagi indeks, apalagi dengan kondisi eksternal yang masih carut-marut dengan ketidakpastian perang dagang dan juga suku bunga The Fed yang terus naik, sehingga Bank Indonesia musti putar otak untuk menjaga otot rupiah.
Selain itu, sentimen lain juga menjadi pemberat indeks seperti harga minyak dunia yang terus naik. Sebagai negara importir minyak, pengaruh kenaikan harga minyak dunia ini bisa memberatkan perekonomian yang ada di Indonesia.
Meski begitu, hingga akhir tahun beberapa sentimen bisa saja mengerek indeks seperti aturan-aturan pemerintah yang pro pasar layaknya aturan B-20 dan data-data terkait dengan ekspor impor yang diharapkan mencatatkan perbaikan. Kevin juga bilang bahwa investor juga masih akan menunggu laporan keuangan emiten di kuartal III-2018.
Tapi dengan pergerakan rupiah yang terus melemah, Kevin menilai, pergerakan indeks tak akan mencapai targetnya pada awal tahun lalu. Ia mengatakan tengah merevisi target IHSG dari sebelumnya diprediksi akan berada di level 6.700 hingga akhir tahun. "Revisi target juga dilakukan beriringan dengan revisi nilai tukar yang kami lakukan" kata Kevin.
Sebelumnya, Kevin memprediksi rupiah akan berada di level Rp 14.200 per dollar AS. Seiring dengan berjalannya waktu, ia menargetkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan kembali mencatatkan kenaikan ke level Rp 14.700 dan Rp 15.200.
Tak berbeda dengan Kevin, Lanjar Nafi, Kepala Riset Reliance Sekuritas bilang faktor utama penurunan indeks pada hari ini adalah nilai tukar rupiah yang terus bertekuk lutut terhadap mata uang Paman Sam. Menurutnya, depresiasi 0,7% dari rupiah turut menyeret indeks sehingga turun cukup signifikan hari ini.
"Bank Dunia juga beranggapan Indonesia akan sulit melakukan refinancing utang luar negeri dengan melihat tingginya capital outflow," kata Lanjar, Kamis (4/10).
Selain itu, Bank Dunia juga melakukan downgrade terhadap GDP Indonesia sebesar 10 basis poin ke level 5,2%.
Menurut Lanjar, rata-rata sentimen yang akan mempengaruhi Indeks hingga akhir tahun sudah cukup jelas seperti BI Rate yang tentunya akan mengekor suku bunga acuan The Fed. Selain itu, tren impor yang akan melonjak dan juga komoditas yang akan bersinar juga akan mengekor indeks.
Ia menargetkan IHSG akan ditutup di kisaran level 6.000 hingga 6.200. Sementara itu, target support IHSG berturut-turut di level 5.820, 5.767, dan 5.658. Beberapa sektor menurut Lanjar musti dihindar seperti perbankan, konsumer, trading, infrastruktur, dan properti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News