Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Dewan Komsioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memperkirakan jumlah emiten yang mencari dana di lantai bursa tidak akan sebanyak tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya karena tren yield atau imbal hasil yang tinggi.
"Tahun ini tidak sebesar tahun lalu pasti, karena yield-nya naik, otomatis orang (emiten) tidak terlalu urgent (menghimpun) dan menunggu sampai yield-nya turun," kata Wimboh, Kamis (4/10).
Apalagi, surat utang yang diterbitkan pemerintah saat ini memiliki yield hingga 8,25%, sehingga bagi emiten yang ingin mengeluarkan surat utang dengan yield di bawah jumlah tersebut menjadi kurang menarik, bahkan tidak laku.
Sehingga, emiten cenderung menunggu tren yield turun untuk kemudian kembali menghimpun dana di pasar modal. Meskipun begitu, Wimboh optimistis tahun depan aliran dana di pasar modal bisa tancap gas.
"Sebenarnya permintaannya cukup besar, karena ekonomi tumbuh dan (perusahaan) perlu banyak invetasi. Jadi, tahun depan setelah pemilu bisa tancap gas," ujarnya.
Berdasarkan data OJK per September 2018, terdapat 24 emiten yang bakal melakukan penawaran umum baik itu initial public offering (IPO) maupun penawaran umum terbatas (PUT). Nilainya penawarannya diperkirakan mencapai Rp 10,63 triliun dan kemungkinan bertambah di akhir tahun.
"Tapi bukan berarti sampai akhir tahun segini, ini angkanya dinamis," ungkapnya.
Sementara, sebanyak 127 emiten tercatat sudah melakukan penawaran umum hingga September 2018, dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 137,81 triliun. Sebagai informasi, tahun lalu OJK mencatat jumlah penghimpunan dana di pasar modal sekitar Rp 260 triliun.
Disamping itu, Wimboh mengakui bahwa saat ini kondisi perekonomian Tanah Air tengah bergoyang karena sentimen eksternal. Beberapa penyebabnya yakni, perubahan kebijakan atau normalisasi suku bunga di global, serta penetapan tarif impor dari Amerika Serikat (AS) kepada China dan menyebabkan adanya perang dagang.
Kondisi tersebut membuat kondisi pasar Tanah Air tertekan, nilai tukar rupiah melemah dan tembus level Rp 15.000 per dollar AS. Hari ini saja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup koreksi 1,89% di level 5.756. Dengan catatan net sell investor asing di seluruh pasar sebanyak Rp 1,16 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News