kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.194   6,00   0,04%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Ini dia daya tarik reksadana terproteksi


Kamis, 16 Juni 2016 / 19:25 WIB
Ini dia daya tarik reksadana terproteksi


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Sepanjang tahun 2016, jenis produk reksadana terproteksi masih mendominasi pasar. Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 20 Mei 2016, jumlah reksadana yang beredar tercatat 1.193 produk.

Angka tersebut meningkat 102 produk dari posisi akhir tahun lalu yang mencapai 1.091 produk. Mayoritas jumlah reksadana masih digenggam oleh jenis reksadana terproteksi sebesar 475 produk.

Lalu disusul oleh jumlah reksadana saham 197 produk, reksadana pendapatan tetap 172 produk, reksadana campuran 124 produk, reksadana pasar uang 108 produk, reksadana syariah 101 produk, exchange traded fund (ETF) 9 produk, serta reksadana indeks 7 produk.

Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo mengakui, jenis reksadana terproteksi memang masih mendominasi pasar dalam aspek jumlah produk. Maklum, reksadana terproteksi memiliki karakteristik yang serupa dengan instrumen deposito.

Produk ini memiliki jatuh tempo dengan underlying asset pada pendapatan tetap. Sehingga rendahnya risiko reksadana terproteksi menjadi daya tarik bagi para investor, khususnya investor institusi.

"Ditambah dengan adanya karakteristik jatuh tempo tersebut lebih memudahkan investor untuk menyesuaikan tujuan investasinya melalui reksadana," paparnya.

Menurut Beben, reksadana terproteksi kian atraktif bagi investor apabila ketidakpastian melanda pasar. Dalam kurun beberapa pekan, rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa menjadi salah satu pemicu volatilitas pasar.

Isu lainnya terkait rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), perlambatan ekonomi China, serta pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari semula 2,9% menjadi 2,4% oleh Bank Dunia (World Bank).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×