Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pada kuartal I 2016, pemerintah berencana menerbitkan sukuk ritel seri SR-008. Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menduga, SR-008 bakal disambut baik oleh pasar.
Maklum, besaran imbal hasil sukuk ritel yang umumnya lebih gemuk akan menarik investor. Apalagi ada peluang bagi pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang saat ini sebesar 7,5%.
“Minat investor sukuk ritel semakin besar dari tahun ke tahun karena pelaku pasar sudah paham karakteristiknya. Suku bunga deposito juga trennya turun,” jelasnya, Kamis (7/1).
Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan memaparkan, ada beberapa faktor yang bisa mendorong investor untuk masuk ke sukuk ritel terbaru ini.
Pertama, laju pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sepanjang tahun 2016 yang diramal Otoritas Jasa Keuangan bisa mencapai 13% - 15%.
Kedua, pajak yang dikenakan atas kupon SR-008 sebesar 15%, lebih rendah ketimbang pajak bunga deposito sekitar 20%.
Ketiga, SR-008 merupakan instrumen racikan pemerintah yang notabene bebas risiko (risk free) sehingga lebih terjamin.
Keempat, besaran kupon yang umumnya bakal lebih besar ketimbang suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang saat ini bertengger di level 7,5%. “SR-008 akan jadi instrumen menarik bagi investor ritel. Besaran kupon akan bergantung kondisi pasar jelang mulainya masa penawaran,” ujarnya.
Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Suminto membeberkan, masa penawaran SR-008 bakal berlangsung pada 19 Februari 2016 hingga 4 Maret 2016.
Sayangnya, Suminto belum dapat memastikan berapa target penerbitan SR-008 yang dipatok pemerintah. Besaran kupon yang disematkan bagi sukuk ritel teranyar ini juga bakal ditentukan jelang masa penawaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News