Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Beberapa korporasi besar memilih untuk menerbitkan medium term notes (MTN) dengan pertimbangan biaya lebih murah ditengah kondisi pasar obligasi yang tidak menentu. Namun, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) justru percaya diri untuk menawarkan obligasinya.
Surat utang tersebut diterbitkan melalui mekanisme penawaran umum berkelanjutan (PUB). Di saat yang sama, perseroan juga menurunkan target emisi tahap pertama dari Rp 1 triliun menjadi hanya Rp 500 miliar.
Manajemen Waskita dan para penjamin emisi telah menentukan bunga yang ditawarkan, yaitu 10,4% per tahun. Sebagai gambaran saja, beberapa emiten besar, yang juga BUMN, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT PP Tbk (PTPP), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) lebih memilih menerbitkan MTN ketimbang obligasi untuk menjaring dana.
Terbaru, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) juga memiliki aksi korporasi serupa. BBRI akan meluncurkan MTN senilai Rp 2 triliun. Tahap pertama, bank pelat merah ini akan merilis Rp 300 miliar. MTN tahap pertama ini terbagi dalam tiga seri.
Seri A, B, dan C dengan masa jatuh tempo 370 hari, dua tahun, dan tiga tahun. Masing-masing dibanderol dengan bunga 8,75%, 9,25%, dan 9,5% per tahun. MTN ini memiliki rating AAA (Idn) dan F1+ (Idn) dari PT Fitch Rating Indonesia.
PTPP juga melakukan hal serupa. Nilai emisi MTN sebesar Rp 300 miliar. Bunga dari MTN bertenor tiga tahun ini ditentukan di angka 9,8%. Manajemen PTPP menganggap penerbitan MTN lebih murah dibanding obligasi. Padahal, PTPP masih memiliki kesempatan untuk mengeksekusi PUB tahap dua dengan nilai yang sama.
WIKA pun berniat menerbitkan MTN senilai Rp 1 triliun di akhir tahun. Terbaru, Saratoga yang akan segera merilis MTN senilai Rp 725 miliar. Jika dilihat, rata-rata penerbitan MTN dengan tenor tiga tahun bisa menawarkan bunga lebih murah, yaitu di bawah 10%.
Sedangkan, obligasi Waskita dengan tenor tiga tahun ditawarkan kupon di atas 10%. Apa yang menyebabkan manajemen emiten konstruksi ini lebih memilih obligasi dibanding MTN yang bisa lebih murah. Apakah ada kaitannya dengan penurunan target dari Rp 1 triliun menjadi Rp 500 miliar.
Tunggul Rajagukguk, Direktur Keuangan WSKT menyangkal tidak benar jika menerbitkan MTN lebih murah daripada obligasi.
"Angka 10,4% itu tidak murah dan tidak mahal," ujarnya, Senin (27/10).
Mengenai penurunan target emisi, hal itu disesuaikan dengan kebutuhan perseroan. Tahun ini, kebutuhan Waksita masih belum besar. Kebutuhan terbesar perseroan adalah tahun 2015 dan 2016. Selain itu, dengan PUB, perseroan bisa lebih fleksibel untuk menerbitkan emisi selanjutnya. Tidak perlu lagi izin.
Boumediene Sihombing, Direktur Investment Banking Danareksa Sekuritas mengatakan, salah satu tujuan penerbitan obligasi adlah untuk memperbsar basis investor.
"Dana pensiun kan tidak bisa masuk kalau MTN," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News