kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini alasan Sampoerna Agro (SGRO) optimistis raih kinerja cemerlang di tahun 2021


Rabu, 05 Mei 2021 / 07:45 WIB
Ini alasan Sampoerna Agro (SGRO) optimistis raih kinerja cemerlang di tahun 2021


Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Setelah mencatatkan kinerja ciamik di kuartal I-2021, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) optimistis bakal membukukan kinerja positif di sisa tahun ini. 

Head of Investor Relation SGRO Michael Kesuma mengatakan, ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan di sepanjang tahun ini. Pertama, pertumbuhan volume produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). 

Seperti diketahui, SGRO menargetkan volume produksi CPO naik 13%-18% dibanding realisasi di tahun lalu. Target tersebut merupakan yang tertinggi dari rata-rata pertumbuhan volume produksi CPO SGRO dalam empat tahun terakhir. 

"Jadi tahun ini kalau bisa meningkat sebesar 13%-18%. Ini target yang luar biasa karena dalam 4 tahun terakhir rata-rata naiknya hanya 4%," kata dia kepada Kontan.co.id, pekan lalu. 

Kedua, harga rata-rata CPO yang mendukung. Menurut Michael, apabila harga rata-rata CPO terus berada di posisi tertinggi, tentu hal tersebut dapat ikut mendongkrak kinerja SGRO hingga akhir tahun nanti. 

"Kalau misalnya harganya itu mendukung, kan biaya perusahaan itu masih sama. Sekarang harga sawit di Malaysia itu sekitar RM 3.800. Itu sangat tinggi dan akan sangat membantu," jelas dia. 

Baca Juga: Catatkan kinerja positif di kuartal I 2021, begini tanggapan Sampoerna Agro (SGRO)

Michael bilang, dengan biaya operasional perusahaan yang tidak akan berubah ketika harga rata-rata CPO menurun. Begitu pula sebaliknya, ketika harga rata-rata CPO naik, hal itu tidak akan mempengaruhi biaya operasional perusahaan. Sehingga, ketika harga CPO berada di level tinggi, otomatis berdampak terhadap profitabilitas perusahaan. 

"Biaya perusahaan kami tuh tetap sama. Jadi misalnya harganya meningkat, itu sangat meningkat profitabilitas kami," ujar Michael. 

Sehingga dia menyimpulkan, positif atau tidaknya kinerja SGRO di tahun ini, tetap tergantung pada harga rata-rata komoditas yang berlaku di pasaran. 

Oleh karenanya, SGRO hanya bisa mengoptimalkan dari sisi internal mereka, tepatnya pada kegiatan dan target operasional perusahaan.

"Dan kalau misalnya lonjakan volume itu disertai dengan harga yang bagus, dan tetap masih bertahan, itu dampaknya akan dirasakan hingga akhir tahun. Yang namanya usaha sawit, kami hanya bisa optimalkan kegiatan operasional atau target operasional, karena harga komoditas kami hanya mengikuti harga pasar," ungkap dia.

Meskipun menorehkan kinerja yang signifikan di kuartal pertama ini, SGRO mengaku akan tetap waspada dan terus memantau situasi makro di tahun ini. Sebab, imbas pandemi di tahun lalu dikatakan Michael masih sangat dirasakan oleh perusahaan.

"Kami terus akan waspada terhadap masa transisi yang sedang berlangsung saat ini. Diharapkan semoga situasi kondisi pandemi itu, akan dalam waktu singkat bisa dikendalikan, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia juga," sebut dia. 

 

Langkah hati-hati akan tetap dijalankan oleh SGRO di masa pemulihan ekonomi saat ini. Sehingga, beberapa langkah strategis seperti selektif spending dan menentukan prioritas usaha masih akan terus digalangkan SGRO di tahun ini. 

Di mana, langkah strategis tersebut tercermin pada alokasi belanja modal atawa capital expenditure (capex) yang dianggarkan SGRO di tahun ini. Michael bilang, alokasi capex perusahaan di tahun ini akan berada di kisaran Rp 400 miliar atau hampir sama dengan realisasi di tahun lalu. 

"Diharapkan tahun ini kisarannya kurang lebih sama. Kalau kondisinya berubah dan menjadi kondusif, secara pasti itu kita akan tingkatkan. Jadi untuk belanja modal terutama adalah dalam bentuk pemeliharaan, yang dibelanjakan untuk aset tanaman perkebunan. Jadi tanaman perkebunan itu akan menyerap kurang lebih 80%, 20% sisanya itu adalah aset tetap, seperti jalan, bangunan dan sebagainya," pungkas Michael. 

Selanjutnya: Ingin go-global, Lion Parcel intip peluang gelar IPO dalam tiga tahun mendatang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×