kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini alasan Adaro Energy (ADRO) tak revisi target di tengah tekanan pasar batubara


Selasa, 12 Mei 2020 / 17:47 WIB
Ini alasan Adaro Energy (ADRO) tak revisi target di tengah tekanan pasar batubara
ILUSTRASI. Adaro Energy (ADRO) memproyeksikan EBITDA operasional sekitar US$ 900 juta-US$ 1,2 miliar.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tekanan pasar yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tetap percaya diri pada pedoman kerja tahun ini yang menargetkan produksi 54 juta ton-58 juta ton batubara. Selain itu, Adaro memproyeksikan EBITDA operasional sekitar US$ 900 juta-US$ 1,2 miliar.

CEO Adaro Energy Garibaldy Boy Thohir menjelaskan, optimisme tersebut didorong oleh kondisi penjualan batubara di kuartal satu ini masih sesuai dengan proyeksi. Meski pasar ekspor Adaro seperti India melakukan lockdown dan China turun, kondisi penjualan tetap baik karena diversifikasi pasar yang dilakukan serta 90% penjualan kepada pembangkit listrik.

"Jadi kami, terus terang, masih sesuai dengan bujet yang kami buat tahun ini, walaupun memang itu challenging. Dan kami sudah fokus efisiensi di sana-sini," jelas Boy saat silaturahmi virtual, Selasa (12/5).

Baca Juga: Startup Umma milik Boy Thohir makin diminati, berharap jadi besar seperti Gojek

Efisiensi tersebut didukung pula dengan turunnya harga minyak. Sehingga, beban yang sekitar 30% dikeluarkan Adaro untuk kebutuhan bahan bakar dapat diminimalkan sejalan dengan penurunan harga minyak. Meski tak dipungkiri, harga jual batubara juga saat ini dalam tren penurunan.

Harga batubara acuan (HBA) pada Mei susut 7,08% menjadi US$ 61,11 per ton. Namun dari tren penurunan ini, Boy melihat celah yang menguntungkan pula bagi Adaro.

Baca Juga: Terkena dampak corona, Resto Hanamasa dan Travel Umroh milik Boy Thohir tutup

Menurut dia, apabila penurunan ini terus berlanjut maka pemain batubara dengan skala yang lebih kecil dari Adaro terancam menghentikan produksi. "Kalau begitu, pemain yang long term seperti Adaro diuntungkan. Jadi masih (target produksi) 54 juta ton-58 juta ton," jelas dia.

Meski cukup optimistis, Boy tetap mengakui bahwa kondisi tahun ini lebih berat bila dibandingkan krisis pada 1998 maupun 2008. Untuk itu, dia masih akan terus mencermati perkembangan di separuh kedua tahun ini dan berharap skema moderat pemerintah mengenai pemulihan dari Covid-19 dapat terlaksana.

Baca Juga: PKP2B dapat jaminan perpanjangan dari Revisi UU Minerba, ini komentar BUMI dan ADRO

Direktur Keuangan Adaro Lie Luckman menambahkan diversifikasi pasar serta model bisnis terintergrasi yang dilakukan Adaro cukup tangguh untuk menghadapi tekanan saat ini. Dia menjelaskan situasi di setiap negara tidak terlalu berpengaruh pada kinerja Adaro. Sebab porsi penjualan juga tidak terlalu besar. Misalnya, penjualan Adaro ke China hanya 12% dan India hanya 15%.  

Selain itu, kebutuhan capex yang tidak terlalu besar juga dinilai menguntungkan ADRO. Tahun ini Adaro memang tak memiliki proyek baru yang membutuhkan dana jumbo.

Anggaran capex Adaro tahun ini ditetapkan sekitar US$ 300 juta-US$ 400 juta. Adapun kas dan setara kas pada akhir 2019 tercatat sebesar US$ 1,58 miliar. "Kami bersyukur tidak perlu capex besar yang signifikan, tapi yang kami keluarkan capex maintenance," jelasnya.

Baca Juga: Jurus Adaro Energy (ADRO) tangkal dampak merosotnya harga batubara akibat corona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×