Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berusaha untuk merapihkan laporan keuangannya. Rencananya, GIAA akan mereprofil total utangnya sebesar US$ 980 juta.
"Seluruh utang mau direprofil. Kita targetkan utang turun dalam 2 tahun sekitar US$ 200 juta. Sehingga utang dari US$ 980 juta menjadi US$ 780 juta," ucap Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko GIAA, Ari Ashkara, Selasa, (24/2).
Ia bilang GIAA memiliki beberapa opsi. Maskapai ini akan mengandalkan kas internal untuk pembayaran utang. GIAA juga bisa mendapatkan dana dari operating lease financing. Ia menjelaskan bahwa GIAA melakukan perubahan skema sehingga lessor yang membiayai lease financing tersebut.
Tak hanya itu, GIAA pun berusaha mengubah beban utangnya agar lebih panjang. Maskapai pelat merah ini pun memiliki beberapa tahapan pembiayaan.
Pertama, GIAA telah melakukan penandatanganan bridge financing sebesar US$ 400 juta. GIAA memperoleh utang tersebut dari National Bank of Abu Dhani dan Dubai Islamic Bank. Pinjaman tersebut memiliki bunga LIBOR +3% dan tenor 12 bulan. Karena sebelum menerbitkan sukuk, GIAA harus melunasi beberapa utangnya.
Kedua, GIAA akan menerbitkan global sukuk wakala senilai US$ 500 juta. Penerbitannya akan dilakukan April atau Mei tahun ini. GIAA akan menggunakan dana tersebut untuk membayar bridging loan US$ 400 juta. Lalu sisanya untuk modal kerja.
Ari bilang, National Bank of Abu Dhani dan Dubai Islamic Bank telah menyatakan minatnya sebagai koordinator global penerbitan global sukuk tersebut. Adapun, GIAA berencana menunjuk sekitar 5-6 bank sebagai penjamin emisinya.
Ari menekankan bahwa GIAA tidak akan menambah risiko exposure dengan penerbitan utang baru itu. Nantinya, covenance pinjaman itu akan cenderung lebih ringan. Pasalnya, sukuk tak memiliki cicilan pokok dan hanya pembayaran di tahun kelima jatuh tempo.
Bila terjadi kondisi pasar yang tidak kondusif, GIAA bisa mengubah rencana penerbitan sukuknya menjadi fasilitas backstop pinjaman perbankan. Malah, pinjaman bank ini bisa memberi tenor 7 tahun.
Ketiga, GIAA berencana menerbitkan obligasi senilai US$ 300 juta. Surat utang itu bisa saja dalam denominasi rupiah atau dollar. Penerbitannya akan dieksekusi di tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News