Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Investor dapat meramu kembali portofolio investasi di kuartal IV-2024. Bukan hanya alokasi investasi di instrumen tertentu, porsi investasi juga perlu diatur seiring perkembangan pasar teranyar.
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi Riawan melihat bahwa saham bisa menjadi pilihan menarik di akhir tahun. Hal itu karena turunnya suku bunga acuan dapat berefek positif bagi saham sektor tertentu seperti perbankan, properti, dan konsumer yang diuntungkan meningkatnya likuiditas dan konsumsi.
Namun kenaikan harga saham mungkin tidak akan begitu signifikan di akhir tahun atau yang dikenal dengan fenomena window dressing. Ini mengingat indeks saham telah naik tinggi sebelumnya saat suku bunga dipangkas.
Mengutip data RTI Business, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam tren positif jelang suku bunga dipangkas dan menyentuh level tertinggi sepanjang masa (All Time High) di level 7.905.390 pada Kamis (19/9). Ini mengisyaratkan respons positif pasar saham saat suku bunga dipangkas sehari sebelumnya pada 18 September 2024.
Baca Juga: Emas dan Obligasi Bisa Jadi Pilihan Investasi untuk Kuartal IV, Simak Penjelasannya
Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan lebih dulu sebesar 25 bps menjadi 6% pada pertemuan tanggal 17 – 18 September 2024. Sementara, Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuannya 50 bps menjadi 4.75% - 5% pada 18 September 2024, pertama kali dipangkas sejak tahun 2020.
"Saham bisa menjadi pilihan seiring turunnya suku bunga acuan," kata Reza kepada Kontan.co.id, Senin (30/9).
Reza mengamati bahwa surat utang Indonesia juga menawarkan peluang menarik karena selisih (spread) suku bunga yang melebar antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia. Selisih bunga obligasi yang melebar dinilai dapat meningkatkan daya tarik obligasi domestik.
Selain itu, emas bisa menjadi opsi yang solid karena dianggap sebagai aset lindung nilai (safe haven) di tengah ketidakpastian geopolitik dan penurunan suku bunga global. Reksadana campuran dan investasi properti, baik fisik maupun instrumen berbasis properti, juga dapat memberikan imbal hasil optimal dengan risiko terukur.
Baca Juga: Net Sell Asing Rp 3,1 Triliun Saat IHSG Tumbang 2,20% Hari Ini, BBRI Paling Besar
Adapun bagi investor berkarakter agresif, Reza menyarankan untuk alokasi sekitar 60-70% ke aset saham, 10-20% ke obligasi, 5-10% ke emas, 5-10% ke kripto, serta 5% ke pasar uang.
Bagi investor moderat, bisa mengalokasikan dana sekitar 40-50% ke saham, 25-35% ke obligasi, 10-15% ke emas, 10% ke pasar uang, dan 5% ke kripto. Sedangkan investor konservatif, sebaiknya alokasi 20-30% ke saham, 40-50% ke obligasi, 10-20% ke emas, 10-15% ke pasar uang dan tidak disarankan berinvestasi di kripto.
"Alokasi ini dibuat berdasarkan tingkat toleransi risiko, di mana investor agresif lebih fokus pada pertumbuhan dengan saham dan kripto, investor moderat menyeimbangkan antara saham dan obligasi, sementara investor konservatif lebih memilih aset yang lebih aman seperti obligasi dan emas," pungkas Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News