kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Infovesta: Aksi net redemption reksadana masih dalam tahap wajar


Selasa, 18 Februari 2020 / 20:38 WIB
Infovesta: Aksi net redemption reksadana masih dalam tahap wajar
ILUSTRASI. Net redemption mayoritas terjadi karena jatuh tempo reksadana terproteksi dan redemption reksadana berbasis saham.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis data yang menuliskan total penarikan dana bersih atau net redemption di reksadana mencapai Rp 8,82 triliun. Jumlah tersebut terhitung mulai dari awal tahun hingga 12 Februari kemarin.

Dalam data tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen, mengungkapkan, net redemption mayoritas terjadi karena beberapa reksadana terproteksi memasuki masa jatuh tempo dan redemption pada reksadana dengan basis saham. Sementara untuk reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana syariah offshore mencatatkan pembelian bersih atau net subscription.

Baca Juga: Valuasi saham makin murah, saatnya masuk reksadana saham?

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai aksi net redemption pada reksadana terproteksi merupakan hal yang wajar. “Kalau reksadana terproteksi jatuh tempo, net redemption itu bukan hal yang aneh. Sebab umumnya para manajer investasi (MI) akan menerbitkan produk reksadana terproteksi yang baru buat menggantikan yang lama,” jelas Wawan ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (18/2).

Sementara untuk aksi net redemption yang terjadi di reksadana saham, Wawan melihatnya lebih karena kinerja pasar saham yang kurang baik. Mulai dari kisruh Jiwasraya, ASABRI, hingga terbaru persebaran virus corona. Ditambah lagi, dalam lima tahun terakhir kinerja reksadana saham secara rata-rata di bawah bunga deposito. “Dengan kondisi tersebut, akhirnya banyak investor yang memutuskan switching ke reksadana berbasis obligasi dan pasar uang,” tambah Wawan.

Baca Juga: Sudah buntu, korban Minna Padi minta OJK segera bertindak

Pemilihan reksadana berbasis obligasi juga tidak terlepas dari kondisi fundamental makro saat ini yang tren suku bunganya diperkirakan akan turun lagi. Ditambah proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini masih berkisar di 5% yang dipandang cenderung stagnan bagi pertumbuhan para emiten saham.

Asal tahu saja, merujuk data Infovesta Utama, kinerja reksadana saham pada Januari 2020, tergambar dari Infovesta 90 Equity Fund Index, tercatat minus 7,12%. Sementara reksadana pendapatan tetap pada Januari 2020 tergambar dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index, tercatat naik 1,74%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×