kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Inflasi Rawan Naik, Rupiah Masih Dibayangi Suku Bunga Tinggi Amerika


Kamis, 21 Maret 2024 / 17:15 WIB
Inflasi Rawan Naik, Rupiah Masih Dibayangi Suku Bunga Tinggi Amerika
ILUSTRASI. Rupiah masih di bawah tekanan dolar Amerika Serikat (AS).


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah masih di bawah tekanan dolar Amerika Serikat (AS). Pasar valuta masih akan dibayangi ketidakpastian mengenai arah suku bunga Federal Reserve alias The Fed.

Pengamat Mata Uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah masih berpeluang tertekan terhadap dolar AS karena faktor The Fed yang belum memberikan kepastian kapan pemangkasan akan dilakukan. Ditambah lagi, tensi geopolitik yang masih tinggi. Hasil Pilpres AS akhir tahun nanti juga bisa menekan rupiah, mengingat potensi besar Donald Trump bakal terpilih yang dikenal lebih mementingkan kepentingan AS.

Dari internal, soal kenaikan inflasi dan wacana kenaikan PPN berpotensi dapat mengerek inflasi, serta menurunkan daya beli masyarakat dan twin deficit yaitu defisit anggaran dan defisit transaksi berjalan.

Ariston melihat, dini hari tadi The Fed memang memberikan sinyal pemangkasan di tahun 2024. Tetapi Ketua The Fed Jerome Powell menjelaskan, semuanya akan tergantung data seperti data inflasi dan tenaga kerja. Adapun data inflasi Januari dan Februari AS masih menunjukkan peningkatan, sehingga bank sentral AS tersebut masih belum yakin apabila suku bunga diturunkan dalam waktu dekat.

Baca Juga: BI Pastikan Kenaikan Suku Bunga Jepang Tak Berdampak ke Rupiah

Walau demikian, Ariston menilai, rupiah mungkin bisa menguat dalam jangka pendek berkat pelemahan dolar AS. Hal itu sejalan dengan proyeksi ekonomi the Fed bahwa pemangkasan bunga akan dilakukan sebanyak tiga kali tahun ini dan tiga kali lagi tahun depan. Pemangkasan suku bunga kemungkinan dimulai semester kedua 2024.

“Setelahnya, pergerakan dolar AS masih akan tergantung data-data ekonomi Amerika terbaru karena The Fed perlu konfirmasi dari data-data tersebut untuk mendukung kebijakan pemangkasan,” ujar Ariston kepada Kontan.co.id, Kamis (21/3).

Mengutip Bloomberg, Kamis (21/3), rupiah spot berbalik menguat (rebound) sekitar 0,34% ke level penutupan Rp 15.669 per dolar AS. Rupiah Jisdor juga menguat sekitar 0,41% ke level Rp 15.662 per dolar AS.

Baca Juga: Bertenaga, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.669 Per Dolar AS Pada Hari Ini (21/3)

Ariston memandang bahwa keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga di level 6% juga sudah tepat pada Rapat Dewan Gubernur, Rabu (20/3) kemarin.  Seiring dengan keputusan itu, suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,25%, dan suku bunga lending facility tetap sebesar 6,75%.

Sebab, apabila suku bunga acuan diturunkan berpotensi melemahkan rupiah. Sedangkan, apabila suku bunga dinaikkan bisa meningkatkan inflasi yang saat ini stabil dan berpeluang menurunkan daya beli, serta biaya bisnis ke depan.

Menurut Ariston, potensi pelemahan rupiah bisa ke area Rp 16.000 kalau situasi ekonomi global dan geopolitik memburuk. Sementara, rupiah berpotensi menguat ke area Rp 15.300 per dolar AS.

“Bank Indonesia pastinya akan melakukan intervensi kalau rupiah bergerak melemah dengan cepat,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×