Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Sajian data inflasi Inggris yang dirilis Selasa sore (18/7) rupanya berimbas buruk bagi nasib mata uang poundsterling. Meski sempat mengalami penguatan di awal sesi perdagangan, Pound akhirnya harus tunduk dihadapan Dollar Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, Selasa (18/7) pairing GBP/USD melemah 0,30% ke level 1,3016.
Nizar Hilmy, analis PT Soe Gee Futures mengatakan koreksi ini terjadi karena inflasi Inggris bulan Juni yang dibawah ekspektasi. Awalnya Inflasi Inggris diproyeksikan akan stabil pada kisaran 2,9% tetapi kenyataannya hasilnya justru menurun ke level 2,6%. Capaian inflasi yang diluar perkiraan ini dikhawatirkan akan mengganggu rencana kenaikan suku bunga acuan Bank of England (BoE).
"Ini mengurangi prospek kenaikan suku bunga," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (18/7).
Dilain pihak kejatuhan poundsterling justru berbuah manis bagi greenback. Tanpa sokongan sentimen positif, dollar AS berhasil lebih unggul. Padahal saat ini mata uang negeri Paman Sam itu sedang diselimuti sentimen negatif.
"Pekan lalu rilis data AS memburuk dan RUU Kesehatan yang diajukan Presiden Trump malah ditolak oleh partainya sendiri," terangnya.
Nizar memperkirakan untuk perdagangan Rabu (19/7) pasangan GBP/USD akan mengalami penguatan tipis. Secara teknikal harga saat ini bergerak diatas garis moving average (MA) 10 dan indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif yang mengindikasikan penguatan. Tetapi indikator relative strength index (RSI) yang turun dan stochatic yang berada di area overbought menunjukkan peluang pelemahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News