Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas berpotensi mengalami tren bullish di saat tren kenaikan harga komoditas energi menimbulkan inflasi. Namun di satu sisi, kenaikan harga emas masih terganjal sentimen negatif dari tapering off Federal Reserve dan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, Jumat (22/10), harga emas spot naik 0,58% ke US$ 1.793 per ons troi. Kompak, harga emas batangan bersertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga naik Rp 4.000 ke Rp 925.000 per gram. Bahkan, harga emas Antam sudah menguat Rp 10.000 dalam tiga hari terakhir.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan prospek harga emas dalam jangka panjang bisa mengalami tren bullish. Namun, saat ini harga emas masih ragu untuk melanjutkan kenaikan karena masih terbebani isu tapering off AS dan kenaikan suku bunga.
Sebaliknya, sentimen positif yang menyokong harga emas bisa masuk tren naik adalah, kenaikan harga komoditas energi yang berpotensi mempercepat terjadinya inflasi. Sementara, emas adalah sarana lindung nilai terhadap inflasi. Maka ke depan, di tengah prospek meningkatnya angka inflasi, emas dapat dukungan harga.
Namun, kembali lagi, saat ini pelaku pasar cenderung wait and see terhadap kejelasan langkah tapering off AS. Akhirnya kenaikan harga emas diproyeksikan belum bisa berlanjut dalam waktu dekat.
Baca Juga: Harga emas kembali menguat pada perdagangan Jumat (22/10) pagi
Sementara itu, jika tapering off sudah terlaksana, harga emas juga masih berpotensi turun. Namun, Alwi bilang, koreksi yang terjadi setelah tapering off hanya akan tipis.
Penyebabnya, pelaku pasar sudah mengantisipasinya dari tahun lalu. "Harga emas cenderung menurun sejak 2020 hingga saat ini diakibatkan sebagai respon pelaku pasar terhadap kebijakan tapering off AS," kata Alwi. Jadi, ketika tapering off terjadi maka pelaku pasar sudah tidak kaget.
Selanjutnya, fokus pelaku pasar akan tertuju pada kemungkinan terjadinya inflasi akibat krisis energi dan kenaikan harga komoditas energi. "Inflasi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global, di tengah ketidakpastian pertumbuhan ekonomi, kekhawatiran tersebut bisa membuat harga emas naik," kata Alwi.
Emas berpotensi semakin dilirik sebagai aset safe haven juga dipengaruhi dari kondisi kembali naiknya lagi kasus Covid-19 di beberapa negara. Selain itu, masalah perang dagang AS dan China yang belum usai juga menjadi sentimen positif yang menaikkan permintaan emas sebagai safe haven.
Hingga akhir tahun ini, Alwi memproyeksikan harga emas spot berpotensi menurun ke US$ 1.675 per ons troi. Namun, di 2022 Alwi memproyeksikan, harga emas berpotensi naik menuju tren bullish dan menguji resisten di US$ 1.916 per ons troi.
Pergerakan yang sama juga akan terjadi pada harga emas Antam. Alwi memproyeksikan di akhir tahun harga emas Antam berpotensi ke Rp 910.000 per gram. Sementara di tahun depan, harga emas Antam berpotensi naik menguji level Rp 976.000 per gram.
Alwi merekomendasikan akumulasi beli emas Antam saat sudah ada kepastian mengenai tapering off AS. Sementara, Alwi merekomendasikan buy on dips untuk emas spot.
Selanjutnya: Rupiah spot ditutup stagnan di level Rp 14.123 per dolar AS, ini sentimennya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News