kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi AS Melandai, Intip Proyeksi Rupiah pada Perdagangan Selasa (21/11)


Senin, 20 November 2023 / 20:21 WIB
Inflasi AS Melandai, Intip Proyeksi Rupiah pada Perdagangan Selasa (21/11)
ILUSTRASI. Petugas menunjukan mata uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang Ayu Masagung, Jakarta, Senin (30/10/2023). KONTAN/Fransiskus SImbolon


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup menguat, Senin (20/11). Di pasar spot, rupiah menguat 0,31% ke Rp 15.445 per dolar Amerika Serikat (AS) dan di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) menguat 0,55% ke Rp 15.419 per dolar AS.

Tak hanya Indonesia, mayoritas mata uang Asia menguat terhadap dolar AS setelah melandainya inflasi AS dan optimisme pasar terkait kebijakan suku bunga The Fed. Data inflasi AS menunjukkan penurunan ke 3,2%, memicu spekulasi bahwa The Fed mungkin tidak akan menaikkan suku bunga dan bahkan bisa melakukan penurunan.

Meskipun target inflasi The Fed adalah 2%, beberapa analis berpendapat bahwa penurunan suku bunga mungkin belum dekat. Pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menahan suku bunga pada Desember 2023 dan Januari 2024, dengan kemungkinan pemotongan pertama pada Mei 2024.

Pasar merespons dengan penurunan dolar AS dan imbal hasil dari US Treasury, tercermin dalam ekspektasi pelaku pasar melalui CME Fedwatch. Proyeksi menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga pada Mei dan Juli, dengan potensi dua pemotongan lagi hingga akhir 2024.

Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Menguat 0,55% ke Rp 15.419 Per Dolar AS Pada Senin (20/11)

"Investor mengantisipasi pidato less hawkish dari Powell dalam risalah pertemuan FOMC minggu ini," ujar pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong kepada Kontan.co.id, Senin (20/11).

Karenanya, ia memperkirakan rupiah berpotensi lanjut menguat seiring dolar AS yang masih akan tertekan. Ini juga menyusul serangkaian data ekonomi yang lebih lemah dari AS.

"Saat ini investor menantikan data neraca transaksi berjalan Indonesia kuartal III," sambungnya.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menilai, sentimen dari dalam negeri tersebut berpotensi melemahkan rupiah. Karena ekspektasinya data transaksi berjalan akan defisit. 

"Saya berekspektasi akan ada defisit yang lebih parah dibandingkan defisit di kuartal II sehingga tekanan terhadap rupiah cukup besar," katanya.

Baca Juga: Berotot, Rupiah Spot Menguat 0,31% ke Rp 15.445 Per Dolar AS Pada Senin (20/11)

Fikri mengekspektasikan defisit di kuartal III ini sebesar US$ 5 miliar. Adapun defisit di kuartal II kemarin sebesar US$ 1,9 miliar.

Karenanya, ia memproyeksikan rupiah akan bergerak pada rentang Rp 15.500 - Rp 15.600 per dolar AS. Sementara Lukman memproyeksikan rupiah pada rentang Rp 15.400 - Rp 15.500 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×