Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Tekanan inflasi yang mengadang di kuartal II/2013 membuat perusahaan mengerem penerbitan surat utang baru. Itu nampak dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) tahap II sejumlah perusahaan yang lebih kecil dari tahap I. Padahal, target penerbitan PUB masih besar.
Contohnya, PT Indomobil Finance, yang hanya menerbitkan PUB tahap II Rp 612 miliar pada bulan ini. Nilai itu lebih sedikit ketimbang tahap I sebesar Rp 1,3 triliun pada tahun lalu. Total target penerbitan PUB Indomobil sendiri mencapai Rp 4 triliun.
PT Federal International Finance (FIF) juga sama. FIF menerbitkan PUB tahap II senilai Rp 2,4 triliun, lebih kecil dari tahap I Rp 4 triliun. Padahal, total target PUB FIF Rp 10 triliun.
Head of Fixed Income BCA Sekuritas, Herdi Ranu Wibowo mengatakan, tingginya tekanan inflasi mempengaruhi kupon yang diminta investor. Kupon obligasi menjadi lebih tinggi sehingga biaya dana (cost of fund) perusahaan membengkak. "Tingginya tekanan inflasi menyebabkan perusahaan tak terlalu agresif menerbitkan surat utang," kata dia.
Herdi menduga, tren kupon obligasi akan meningkat di tahun 2014. Kondisi politik menjelang pemilihan umum (pemilu) menjadi penyebab kenaikan kupon. Menurut dia, investor akan meminta kupon yang tinggi sebagai dampak dari ketidakpastian politik. "Saya juga melihat tingkat suku bunga akan lebih tinggi di 2014 dari tahun ini sehingga akan mempengaruhi tingkat kupon obligasi," tutur dia.
Hari B Mantoro, Direktur Utama HSBC Securities juga menilai, kenaikan inflasi menyebabkan perusahaan kurang agresif menerbitkan PUB tahap selanjutnya di tahun ini. "Di awal tahun saja inflasi Indonesia sudah naik akibat harga bawang, berikutnya inflasi akan naik apabila harga BBM naik," kata Hari.
Cara lain
Menurut Karman Pamurahardjo, Direktur PT Trimegah Securities, skema penerbitan obligasi dengan mekanisme PUB menguntungkan perusahaan. Sebab, perusahaan bisa menerbitkan surat utang sesuai keperluan. Sehingga bisa mempertimbangkan jumlah biaya yang harus dikeluarkan perusahan.
Jika terlalu tinggi, perseroan bisa mengerem penerbitan begitu sebaliknya. "Sebab jika cost-nya tinggi maka bisa memberatkan perusahaan," jelas dia.
Kenaikan kupon bisa makin tinggi jika pemerintah jadi mengurangi nilai subsidi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi alias menaikkan harga BBM. Alasan itu pula yang membuat investor mengantisipasi kemungkinan kenaikan inflasi. Tak heran, investor meminta kupon lebih tinggi dari penerbitan sebelumnya.
Sejatinya, selaian obligasi, perusahan memiliki cara lain memenuhi pendanaan, seperti pinjaman perbankan. "Cara lain yang bisa dilakukan oleh perusahaan bisa dengan menerbitkan MTN (medium term notes), capital market atau sumber pendanaan lain," jelas Karman.
Analis menilai, kupon tinggi memang menarik. Namun sebaiknya, investor tetap harus memperhatikan risiko gagal bayar perusahaan. Karena itu, peringkat obligasi juga harus diperhatikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News