kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri Kripto Tertekan, Stacking hingga Akumulasi Beli Bisa Jadi Pilihan Investor


Sabtu, 07 Mei 2022 / 10:49 WIB
Industri Kripto Tertekan, Stacking hingga Akumulasi Beli Bisa Jadi Pilihan Investor
ILUSTRASI. Kripto. REUTERS/Benoit Tessier


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini, industri aset kripto berada dalam tren negatif. Hal ini tercermin dari 10 aset kripto dengan kapitalisasi terbesar yang mengalami koreksi hingga double digit sejak awal tahun hingga Sabtu (7/5). 

Bitcoin sebagai aset kripto dengan kapitalisasi terbesar misalnya, merujuk Coinmarketcap, saat ini harganya berada di level US$ 35.952,67 per BTC atau melemah hingga 24,57% sepanjang tahun ini.

Ethereum yang punya kapitalisasi terbesar nomor dua, saat ini berada di level US$ 2.681,53 atau terkoreksi 28,81% sejak awal tahun. 

Tak berbeda jauh, aset kripto dengan kapitalisasi terbesar nomor tiga, Binance Coin juga telah mengalami penurunan harga hingga 28,14% dan kini berada di level US$ 377,46.

Baca Juga: Rapor Merah Aset Kripto Sepanjang Tahun Berjalan

Dengan kondisi market kripto yang belum terlalu bergairah, beberapa investor memilih untuk melakukan stacking guna memaksimalkan return. 

Stacking merupakan metode mengunci aset kripto di dompet digital pada sebuah platform exchange dengan durasi tertentu, misalnya seminggu, sebulan, tiga bulan, hingga setahun. 

CEO Triv Gabriel Rey menilai, metode staking memang jadi cara yang ampuh untuk mengoptimalkan return, terlebih ketika kondisi market cenderung sideways atau bearish. Lewat staking, investor juga tidak perlu pusing baca chart dan mengawasi market, namun tetap mendapatkan keuntungan. 

Kendati begitu, ia mengingatkan dalam melakukan staking, investor tidak bisa asal pilih. Tetap harus mempertimbangkan fundamental aset kripto yang hendak di staking. Hal ini guna memastikan harga ke depannya bisa tetap menguat.

“Jadi untuk para investor jangka panjang, daripada sebatas hold, staking juga bisa dijadikan opsi karena dengan demikian bisa menambah potensi pundi-pundi keuntungan,” ujarnya belum lama ini.

Saat ini, Gabriel melihat ada tiga aset kripto yang menarik untuk dijadikan pilihan staking. Pertama adalah Binance Coin (BNB) yang menawarkan bunga hingga 9% per tahun. Menurutnya, BNB secara fundamental sangat solid lantaran merupakan koin yang digunakan di platform exchange Binance.

Dengan Binance yang merupakan platform exchange terbesar di dunia, maka kinerja exchange tersebut menjanjikan, begitupun profitnya. Tak hanya itu, setiap pertambahan pengguna dan ransaksi maka akan semakin memperkuat fundamentalnya.

Kedua adalah USD Terra (UST) yang menawarkan bunga untuk staking hingga 10% per tahun. UST sebagai stablecoin membuat pergerakan harganya jauh lebih stabil. Selain itu, secara fundamental, UST juga jauh lebih baik ketimbang tether karena sepenuhnya decentralized, alih-alih dikendalikan oleh salah satu pihak.

Ketiga adalah Axie Infinity (AXS) yang menawarkan imbal hasil hingga 60%. Menurutnya, AXS cukup solid karena merupakan market leader di platform play to earn, karakter NFT di dalam permainannya juga laku, hingga rutin memberikan patch baru untuk mengupdate permainan mereka. 

Baca Juga: Harga Kripto Pada Perdagangan Kamis (5/5), Bitcoin dan AVAX Menguat

“Tapi saat ini investor sebaiknya melakukan DCA atau menambah posisi karena harga yang cenderung sudah bottoming. Apalagi, pasar sepertinya juga sudah priced in dengan keputusan The Fed yang agresif ,” imbuhnya. 

Cofounder Cryptowatch dan Pengelola Channel Duit Pintar Christopher Tahir juga meyakini saat ini jadi momen yang tempat untuk melakukan akumulasi setiap terjadi koreksi, ketimbang melakukan trading jangka pendek ataupun stacking. 

Menurutnya, stacking sendiri pada dasarnya mirip dengan menitipkan dana ke platform exchange. Dengan demikian ada unsur trust dalam keputusan melakukan stacking, sehingga pada akhirnya terdapat risiko. Ia kurang menyarankan staking, kecuali memang platform tersebut sudah sangat dipercaya. 

“Namun sebagai gambaran, platform-platform yang teregulasi saja bisa kabur, apalagi yang tidak teregulasi. Jadi, momen agresifnya The Fed dalam memberikan kebijakan pengetatan moneter, justru memberikan potensi untuk kita beli aset kripto di harga yg lebih murah,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×