kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Induk BRAU ingin menjual saham untuk bayar utang


Selasa, 18 November 2014 / 05:02 WIB
Induk BRAU ingin menjual saham untuk bayar utang
ILUSTRASI. 4 Efek Negatif Makan Terlalu Cepat.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Asia Resource Minerals Plc (ARMS) terus mencari strategi untuk keluar dari jerat utang. Kabar terkini, perusahaan yang berbasis di Inggris ini menjajaki penjualan saham pada tahun depan. Kelak, ARMS akan memakai dana hasil penjualan saham itu untuk membayar utang anak usahanya di Indonesia, PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), senilai total US$ 950 juta.

Wacana penjualan saham ARMS datang dari Nathaniel Rothschild, salah satu pemegang saham ARMS. Rothschild merupakan pemegang saham terbesar kedua di ARMS yang mengempit 17,5% saham. Dia hanya berharap, aksi ini bakal didukung oleh Raiffesisen Bank International AG (RBI) Austria, yang memiliki kendali atas 23,8% saham ARMS.

Sampai saat ini Raiffeisen Bank juga belum berkomentar atas rencana tersebut. "Pilihan ini tidak pernah ada sebelumnya, karena Samin Tan tidak bisa berkontribusi terhadap saham baru," ujar Rothschild kepada Bloomberg, Senin (17/11). Namun dia tidak menyebutkan skema penjualan saham ARMS, apakah melalui rights issue atau private placement. Yang pasti, Rothschild siap menjamin apabila saham yang dijual tak terserap.

ARMS harus segera melunasi utang BRAU yang memang memiliki beban bunga selangit. Hal ini membuat kinerja perusahaan terus tergerus.

Rothschild cukup percaya diri, keputusan ini bakal mendatangkan investor baru dan bisa berefek positif bagi ARMS maupun BRAU. Harapannya, penjualan saham ini bisa dituntaskan pada kuartal pertama tahun depan.

Utang yang bakal di-refinancing merupakan obligasi BRAU yang diterbitkan anak usahanya, Berau Capital Resources (BCR). Sejatinya, jatuh tempo obligasi itu pada 8 Juli 2015. Namun tingkat bunga obligasi BCR terbilang tinggi, yaitu 12,5% per tahun, Makanya, BRAU sempat berikhtiar untuk melunasi lebih awal.

Sebelumnya, BRAU memiliki opsi refinancing dengan merilis prospektus obligasi baru US$ 450 juta. Obligasi yang bertenor lima tahun ini sejatinya akan dirilis pada 21 Agustus lalu. Manajemen BRAU kemudian menunda penerbitannya lantaran kondisi pasar dianggap kurang kondusif.

BRAU juga memiliki obligasi outstanding senilai US$ 500 juta yang jatuh tempo pada 13 Maret 2017. Surat utang itu memiliki bunga 7,25% per tahun.

"Akan ada banyak investor yang melihat kalau obligasi ini bisa dilunasi. Dengan begitu, saham bisa rebound dengan cepat," ujar Rothschild.

ARMS menguasai 85% saham BRAU. Di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BRAU sudah terpangkas 56,14% sepanjang tahun ini ke Rp 82 per saham. Sedangkan harga saham AMRS merosot 90% di bursa London.

Belum lama ini, lembaga pemeringkat Standard Poor's Ratings Services, memangkas peringkat utang jangka panjang BRAU menjadi 'B' dari sebelumnya 'BB-'. Prospek peringkat utang tersebut negatif. Di saat yang sama, Standard Poor's memangkas peringkat skala regional ASEAN jangka panjang BRAU menjadi 'axB+' dari sebelumnya 'axBB'. Lembaga pemeringkat ini juga menurunkan peringkat jangka panjang senior notes BRAU menjadi 'B' dari semula 'BB-'. "Kami menurunkan peringkat ini karena memprediksi rasio kecukupan arus kas BRAU akan lebih lemah daripada antisipasi kami pada 2015 menyusul koreksi tajam harga batubara selama tiga bulan terakhir," ujar analis kredit Standard Poor's, Xavier Jean.

Reza Priyambada, analis Woori Korindo Securities menilai, tak banyak opsi ARMS untuk menanggulangi utangnya. Pembayaran utang mendesak, apalagi kini aset yang diandalkan ARMS hanya BRAU.

Opsi penjualan saham boleh jadi pilihan terbaik di tengah tingginya bunga obligasi. "BRAU tak pernah bisa memperbaiki kinerja tanpa mengurangi utang," jelas Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×