kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia Punya Peluang yang Lebih Baik di Tahun Resesi Global


Rabu, 09 November 2022 / 23:15 WIB
Indonesia Punya Peluang yang Lebih Baik di Tahun Resesi Global
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Reksadana. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/15/09/2019


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Hendrika

KONTAN.CO.ID -  Bareksa-Kontan Fund Awards ke-6 Tahun 2022 diselenggarakan Rabu, 9 November 2022 di Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta. 

Selain memberikan penghargaan kepada manajer investasi atas produk reksadana mereka, acara ini juga menampilkan talkshow berjudul Investasi di Tubir Jurang Resesi: Outlook Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia 2023

Pembicara untuk Talkshow ini adalah Ekonom sekaligus Rektor UNIKA Atma Jaya Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, Partner Ernst & Young Indonesia David Rimbo, serta Antony Dirga, Presiden Direktur Trimegah Asset Management. 
 
Terkait perkiraan tahun 2023, pasar modal Tanah Air diperkirakan tak akan luput dari imbas resesi. Kata Prasetyantoko, ekonomi Indonesia tidak akan luput dari efek resesi global. Dalam jangka pendek, pertumbuhan ekonomi (PDB) akan sedikit terkoreksi. 

"Tapi, kita tidak akan berada pada situasi buruk seperti yang dialami negara-negara maju. Sebab, Indonesia masih disokong harga komoditas yang tinggi," jelasnya.

Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Rp 11.000 Hari Ini 9 November, Simak Daftarnya!

Demi menjinakkan inflasi, mau tak mau, bank sentral Amerika terus mengerek suku bunga mereka. Efeknya, bagi Indonesia, rupiah melemah dan terjadi tubulensi jangka pendek di pasar modal domestik. Sebab, setiap kali The Fed mengerek suku bunga, akan ada modal asing yang pindah ke AS.

Hanya saja, Prasetyantoko bilang, dalam jangka menengah panjang,  Indonesia justru  punya peluang lebih baik. Pasalnya, modal asing bakal mencari sumber pertumbuhan. Nah, Indonesia  merupakan salah satu negara yang masih memberi ruang untuk tumbuh. Meski begitu, inflasi tetap tantangan paling serius. Indonesia diharapkan bisa menjaga inflasi di kisaran 6%-7%. Jika melampaui itu, maka suku bunga acuan BI harus naik.

Antony, menilai, dengan porsi konsumsi terhadap ekonomi negara kita yang mencapai 50%. Maka, jika terjadi shock di luar, Indonesia cukup terlindungi. Indonesia juga ddiuntungkan karena sumber daya alam komoditas dan fiskal yang cukup bagus. Kendati begitu, jika The Fed dan bank sentral Eropa terus menaikkan bunga, maka efek resesi yang dikhawatirkan bagi investasi  adalah terjadinya korelasi instrumen. 

Kalau harga obligasi di AS  turun, pasar surat utang  Indonesia juga akan meluncur turun. Begitu pula dengan kondisi pasar saham.

Dari sisi MI, sebagai antisipasi, Anthony mengaku, selain menyiagakan uang tunai, mereka juga tetap berinvestasi pada sektor saham yang prospektif  tahun depan. Sedangkan di efek obligasi, strateginya memendekkan durasi sambil menunggu kenaikan suku bunga telah mencapai puncaknya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×