Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Yudho Winarto
Dengan naiknya komoditas-komoditas ini, Wahyu menilai potensinya akan jadi lebih terbatas di tahun 2021, jika harganya memang sudah terlalu over value atau sudah sangat mahal. “Jika fundamentalnya ternyata mendukung maka koreksi akan sangat wajar terjadi,” kata Wahyu.
Wahyu juga menilai bahwa sektor real dan bursa terkait komoditas akan diuntungkan dari adanya kenaikan pada komoditas ini, terutama pada perusahaan, emiten komoditas, dan eksportir. Karena dengan komoditas yang naik, maka dolar AS dinilai akan naik, sehingga pendapatan eksportir akan bertambah.
Sedangkan untuk sektor importir dinilai akan dirugikan, seperti Indonesia yang lebih banyak tergantung pada impor pada komoditas seperti beras, jagung, dan kedelai untuk bahan pokok.
Selanjutnya ia melihat bahwa masyarakat akan terbebani, karena jadi masalah baru. “Sebagaimana telah terjadi di banyak negara miskin, Inflasi itu bisa jadi ancaman nyata,” kata Wahyu.
Selain itu, Ibrahim menilai bahwa dengan komoditas yang saat ini sedang berada di atas, dan Indonesia memiliki komoditas unggulan seperti CPO dan batubara, maka Indonesia cukup diuntungkan dari adanya kenaikan ini. Ia juga melihat bahwa dengan adanya ekspor lebih mahal maka dollar akan lebih banyak masuk ke Indonesia.
Baca Juga: Selain kontraksi ekonomi, sejumlah sentimen ini turut menggerakkan IHSG
Ia menambahkan bahwa secara umum, apabila berbicara untung rugi, dengan CPO dan batubara Indonesia diuntungkan, karena sebagai eksportir terbesar, keuntungan pajak dari para pengusaha juga dinilai akan dirasakan.
“Kalau ada ruginya, misal batubara di bawah 40, batubara akan menjadi bahan bakar PLTU, PLTU jual di dalam negeri, dan rugi. Sedangkan, untuk CPO, apabila CPO turun, pasti Indonesia akan fokus di bioetanol, untuk saat ini untung, karena lagi naik,” ujar Ibrahim.
Ibrahim menilai bahwa harga emas di akhir tahun berada di kisaran US$ 1.570 - US$ 1.900 per troy ons. Batubara berada di kisaran US$ 70 – US$ 90 per metrik ton, tembaga US$ 7.000 – US$ 9.000 per ton, CPO kisaran RM 3.600 – RM 4.400 per ton, dan nikel US$ 12.900 – US$ 15.000 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News