Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Sejalan dengan itu, pangsa pasar INTP meningkat menjadi 27,4% pada Juni 2023, dari 24,7% pada Juni 2022. Ada kenaikan pangsa pasar di Luar Jawa secara signifikan dari 14,5% menjadi 20,6%, sementara pangsa pasar di Jawa relatif stabil di 33,9%.
Gibran optimistis dengan prospek INTP seiring kemajuan emiten ini memperluas pangsa pasar di Luar Jawa terutama Kalimantan dan Indonesia Timur. Khusus Kalimantan, meski porsi penjualannya baru sebesar 7% dari total volume penjualan, manajemen INTP yakin Kalimantan berpotensi mendorong penjualan. Ini didukung pengembangan IKN.
Dalam riset tanggal 22 Agustus 2023, Analis MNC Sekuritas, Muhammad Rudy Setiawan menambahkan, volume penjualan INTP diperkirakan akan mencapai 17 juta-18 juta ton.
Baca Juga: IHSG Masih Gagal Tembus 7.000, Ini Saham Dengan Net Buy & Net Sell Terbesar Asing
INTP juga berencana memperluas penetrasi pasar Maros ke Indonesia bagian timur dan meningkatkan pangsa pasar ekspor. Namun, ekspektasi manajemen terhadap pertumbuhan konsumsi semen domestik tergolong moderat, yakni 64 juta ton di tahun 2023 dan 66 juta ton pada tahun 2024 lantaran proyeksi rendahnya daya beli akibat kenaikan suku bunga.
Di sisi lain, konsumsi batubara di musim dingin yang lebih tinggi diperkirakan akan memperketat pasokan dan menaikkan harga komoditas tersebut. Ini akan jadi tekanan biaya untuk produsen semen yang mengandalkan batubara sebagai sumber energi.
Penerapan pajak karbon menimbulkan risiko lain karena akan meningkatkan biaya pembangkit listrik dari generator bertenaga uap.
Baca Juga: Kinerja Emiten Semen Diprediksi Rawan Kena Sentimen Negatif, Ini Rekomendasi Sahamnya
Ketiga analis tersebut merekomendasikan buy INTP. Daniel menetapkan target harga INTP di posisi Rp 12.625 per saham, Gibran memasang target harga Rp 12.500, dan Rudy memberikan target harga Rp 12.700 per saham.
Pada penutupan bursa saham Kamis (21/9), harga INTP naik 1,23% menjadi Rp 10.250 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News