kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indocement Tunggal (INTP) Catatkan Penurunan Volume Penjualan 3% Hingga Juli 2022


Selasa, 30 Agustus 2022 / 14:46 WIB
Indocement Tunggal (INTP) Catatkan Penurunan Volume Penjualan 3% Hingga Juli 2022
ILUSTRASI. Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Indocement Tunggal (INTP) Catatkan penurunan Volume Penjualan 3% Hingga Juli 2022.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Volume penjualan semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) masih tumbuh konservatif. Pada periode Juli 2022, INTP mencatatkan penjualan kurang lebih 1,4 juta ton semen.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, realisasi penjualan ini hampir sama dengan bulan sebelumnya. Hanya saja, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan INTP mengalami penurunan sebesar 3%.

Penurunan ini seiring dengan market growth yang memang terkontraksi 3%.

Jika diakumulasikan, penjualan INTP selama tujuh bulan pertama 2022 sekitar  8,7 juta ton. Capaian ini menurun 3% dibanding dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu. 

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Indocement (INTP), Prospek Penjualan di Semester II Moncer

Menurut Marcos, penurunan penjualan ini disebabkan karena INTP mulai melakukan kenaikan harga jual semen secara bertahap sejak awal tahun. Akibatnya, di beberapa area penjualan, kenaikan harga ini mendapatkan reaksi yang negatif terhadap pertumbuhan volume penjualan semen.

“Ini adalah sesuatu yang umum terjadi saat harga dinaikkan,” terang Marcos kepada Kontan.co.id, Selasa (30/8).

Asal tahu, kinerja INTP mengalami kontraksi sepanjang enam bulan pertama 2022. Emiten produsen semen merek Tiga Roda ini membukukan laba bersih Rp 291,54 miliar di semester pertama 2022. Realisasi ini menurun 50,3% dari laba bersih yang diraup Indocement pada periode yang sama tahun lalu.

Salah satu penekan kinerja INTP adalah naiknya beban-beban. Beban pokok pendapatan misalnya, pada semester pertama 2022 naik 12,5% dari semula Rp 4,57  triliun menjadi Rp 5,14 triliun. 

Kenaikan beban pokok ini disebabkan oleh kenaikan biaya energi, terutama dari melonjaknya harga batubara dan harga bahan bakar minyak (BBM) Industri. Akibatnya, marjin laba bruto turun menjadi 25,6% di semester pertama 2022 dari sebelumnya 31,4%.

Baca Juga: Penjualan Diproyeksi Pulih, Simak Rekomendasi Saham Indocement (INTP)

Adapun saat ini INTP telah meraih kontrak pembelian batubara dengan skema domestic market obligation (DMO).

“Dengan adanya beberapa kontrak DMO plus yang kami dapatkan, tentunya akan sedikit banyak membantu mengurangi kenaikan ongkos-ongkos energi kami,” pungkas Marcos.

Kinerja di bawah ekspektasi

Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Michael Filbery, menilai, laba bersih INTP yang merosot 50,3% berada jauh di bawah ekspektasi yang dia pasang. Realisasi ini hanya mencerminkan 18,6% dari proyeksi di 2022.

Menurut Michael, tergerusnya laba bersih INTP terutama akibat melonjaknya cost of good sold atau beban pokok penjualan, terutama biaya bahan bakar serta naiknya dan biaya operasional.

Baca Juga: Volume Penjualan Indocement (INTP) Turun di Semester I-2022

Sementara itu, pendapatan INTP yang mencapai Rp 6,9 triliun, berada sedikit di bawah estimasi, yakni mewakili 43,8% dari proyeksi tahun ini

Hanya saja, ke depan, Michael meyakini volume penjualan INTP akan mulai pulih.

“Lebih banyak pengeluaran untuk infrastruktur di kuartal ketiga, didukung oleh cuaca yang baik, menurut kami akan membuat volume penjualan INTP naik 5,8% secara tahunan menjadi 4,8 juta ton,” terang Michael kepada Kontan.co.id, belum lama ini.

Ciptadana Sekuritas memangkas perkiraan laba bersih INTP untuk tahun 2022 dan 2023 sebesar 36,1% dan 24,4%  menjadi masing-masing Rp 1 triliun dan Rp 1,56 triliun. Sebab, Michael menaksir adanya biaya bahan bakar yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×