kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indocement kerek harga di saat beban merangkak


Kamis, 19 Juni 2014 / 05:17 WIB
Indocement kerek harga di saat beban merangkak
ILUSTRASI. Kawasan Summarecon Bekasi yang dikembangkan?PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berniat menaikkan harga jual semen antara 1%-2%. Langkah ini demi mengimbangi kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Maklum, sekitar 60%-65% kebutuhan listrik INTP dipasok oleh PT PLN.

Sebelumnya, pada Desember tahun lalu, INTP sempat mengerek harga jual semen sebesar 1,5%. Manajemen menilai, kenaikan tarif listrik dapat mengerek beban biaya operasional sekitar 5%-10%. Adapun beban listrik memegang porsi hingga 20% dari total biaya produksi INTP.

Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan memprediksi, keputusan menaikkan harga semen tidak akan mengurangi pangsa pasar INTP. "Kalaupun berpengaruh, paling di bawah 1%," ujar dia.

Budi Rustanto, analis Valbury Asia Securities, dalam riset 6 Mei 2014 menyebutkan, besarnya biaya bahan baku dan biaya listrik membuat beban pendapatan INTP naik 12,5% year-on-year (yoy) di kuartal I-2014. Biaya bahan baku yang menyumbang 23,7% beban pokok pendapatan meningkat 13,7% (yoy) menjadi Rp 142.000 per ton.

Sedangkan bahan bakar dan biaya listrik yang menyumbang 39,6% beban pokok pendapatan meningkat 7,4% (yoy) menjadi Rp 238.000 per ton. Pada akhirnya, laba kotor INTP di kuartal I 2014 mendatar di Rp 1,97 triliun.

Merujuk data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Budi menyatakan, pangsa pasar INTP di Jawa menyusut menjadi 38%, dari 39,6% di kuartal I-2014. Budi melihat, ini tren yang terus berlangsung sejak tahun lalu. Akibatnya, posisi INTP sebagai pemimpin pasar di Jawa kalah dari PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), yang menggenggam pangsa pasar 41,1%. Tapi Budi yakin, penurunan pangsa pasar disebabkan kendala kapasitas, bukan masalah permanen.

Meski tertekan kenaikan tarif listrik, sektor semen tahun ini mendapat sedikitnya dua katalis positif. Pertama, dari program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I) pemerintah. Steven yakin pemerintah akan terus melanjutkan program ini.

Kedua, potensi kenaikan volume penjualan semen. Penjualan semen yang sempat turun akibat cuaca buruk dan banjir pada Januari dan Februari lalu, kembali naik pada Maret. Kemudian, penjualan April sempat turun lantaran investor menunggu hasil pemilu legislatif 2014.

Analis JP Morgan, Lydia J Toisuta dalam risetnya pada 11 Juni 2014 menyebutkan, Mei merupakan bulan terobosan seperti terjadi selama tiga tahun terakhir. Pertumbuhan ini dipimpin produsen besar seperti INTP dan SMGR yang mengambil 0,7% pangsa pasar pemain lebih kecil. Pangsa pasar INTP kini 32%, lebih tinggi 2,5% dari akhir tahun lalu.

Budi memprediksi pendapatan INTP pada tahun ini mencapai Rp 21,07 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 12,73% dari pendapatan tahun lalu Rp 18,69 triliun. Adapun laba bersihnya ditaksir mencapai Rp 5,60 triliun, atau tumbuh 11,78% (yoy).

Budi dan Lydia merekomendasikan buy saham INTP dengan target harga masing-masing Rp 26.000 per saham dan Rp 27.500 per saham. Sedangkan Steven merekomendasikan hold saham INTP dengan target Rp 25.000 per saham. Harga saham INTP, pada Rabu (18/6), menyusut 3,01% menjadi Rp 24.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×