Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Di tengah pelambatan kinerja akibat volume distribusi yang terus dipangkas, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) masih sulit untuk bangkit.
Analis PT Indo Premier Sekuritas Chandra Pasaribu menilai, distribusi volume gas emiten turun 5,9% year on year (yoy) pada paruh pertama tahun ini. Sementara, margin distribusi juga tertekan 1,9% yoy, namun naik 14,7% (qoq).
"Hasil kinerja PGN menunjukkan anomali karena pertumbuhan domestik bruto (PDB) semester I-2017 mencapai 5,01%, performa emiten yang lemah dikarenakan turunnya permintaan gas, terutama dari PLN," tulis Chandra dalam riset, 4 September 2017.
Pemasukan dari anak perusahaan PT Nusantara Regas, yaitu PT Transportasi Gas Indonesia dan penjualan aset oli juga kurang solid.
Chandra mencatat kontribusi dari Nusantara Regas turun 40,6% menjadi US$ 21,5 juta. Sedangkan sektor penyewaan juga melorot 19,7% yoy menjadi US$ 26,4 juta. "Penurunan permintaan dari PLN berdampak besar pada angka-angka ini," jelas Chandra.
Distribusi gas PGAS mayoritas untuk sektor industri. Segmen yang berkontribusi terbesar yaitu pembangkit listrik, kimia, keramik, makanan dan logam tiruan (fabricated metal).
Maka dengan pemangkasan permintaan dari PLN, PGAS bakal kewalahan. Walau perusahaan pelat merah ini sudah ikut memasok gas untuk rumah tangga, namun Chandra sangsi bakal membantu keuangan PGN secara signifikan.
"Dengan pembangkit listrik berbahan bakar batubara baru mulai beroperasi, PLN mungkin akan terus melakukan permintaan
untuk gas pada tingkat saat ini," paparnya.
Dengan demikian, Chandra memotong estimasi pendapatan tahunan emiten sebanyak 3,1% menjadi US$ 2,85 miliar. Sedangkan untuk tahun 2018 ditaksir mencapai US$ 3,02 miliar. Proyeksi laba bersih tahun ini dipangkas 16% menjadi US$ 264 juta, dan tahun depan menjadi US$ 340 juta.
Chandra merekomendasikan hold dengan target harga Rp 2.310 per saham, koreksi dari target sebelumnya Rp 2.720 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News