kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Indikator risiko investasi (CDS) Indonesia melonjak dihantam berbagai sentimen


Kamis, 06 September 2018 / 20:07 WIB
Indikator risiko investasi (CDS) Indonesia melonjak dihantam berbagai sentimen
ILUSTRASI. Pasar Modal


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kombinasi dari berbagai sentimen membuat persepsi risiko investasi Indonesia meningkat. Hal ini tecermin dari data Credit Default Swap (CDS) Indonesia di tenor 5 tahun dan 10 tahun yang sama-sama mengalami tren kenaikan.

Mengutip Bloomberg, Kamis (6/9) CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di level 143,67. Kurang dari sepekan, CDS Indonesia tenor 5 tahun sudah melonjak 16,07%. Bahkan, kemarin posisi CDS Indonesia mencapai 148,48 yang merupakan level tertingginya di tahun ini.

Kenaikan juga terjadi pada CDS Indonesia tenor 10 tahun. Hingga Rabu (5/9), CDS Indonesia tenor 10 tahun berada di level 229,83 atau yang tertinggi di tahun ini. Padahal, akhir Agustus lalu CDS Indonesia tenor 10 tahun masih bertengger di posisi 208,83.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas Indonesia, I Made Adi Saputra mengatakan, persepsi risiko investasi di Indonesia meningkat bersamaan dengan tren pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Apalagi, kemarin rupiah mencapai level terendahnya di pasar spot yakni Rp 14.938 per saham.

Ia melanjutkan, sentimen-sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah berpengaruh pula pada posisi CDS Indonesia. Misalnya, perang dagang antara AS dan China yang kian memanas setelah pekan ini pemerintah AS berencana mengenakan tarif baru sebesar US$ 200 miliar terhadap produk asal China.

Selain itu, tekanan pada CDS Indonesia juga berasal dari krisis mata uang yang menerpa berbagai negara emerging market. “Pekan ini CDS di negara-negara yang bermasalah secara finansial mencapai posisi tertinggi sehingga menular ke Indonesia,” ungkap Made, Kamis (6/9).

Ambil contoh, CDS Argentina tenor 5 tahun menyentuh posisi tertingginya di level 835,00 pada Selasa (4/9) lalu. Di hari yang sama, CDS Turki tenor 5 tahun juga mencapai posisi tertingginya di level 574,40.

Karena hampir semua negara-negara emerging market mengalami kenaikan persepsi risiko investasi, para investor asing rentan melakukan aksi jual dan memilih memburu aset-aset safe haven.

Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, awal September ini sudah terjadi aksi jual di pasar obligasi dalam negeri. Hingga Selasa (4/9), nilai kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) berada di level Rp 848,95 triliun. Angka ini menyusut Rp 6,84 triliun dibandingkan akhir Agustus lalu.

Memang, tidak semua investor asing kabur dari Indonesia. Namun, investor asing yang tidak menjual kepemilikan obligasinya kemungkinan besar akan meminta yield yang lebih tinggi. Padahal, saat ini yield SUN 10 tahun Indonesia sudah tergolong tinggi di level 8,51%.

Hal ini semata-mata untuk mengkompensasi potensi kerugian kurs dan tingginya persepsi risiko investasi Indonesia. “Bisa jadi saat di lelang penjualan SUN nanti tren permintaan yield yang tinggi masih akan terjadi,” kata Made.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×