Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Fitch memperkirakan EBITDA INDY akan pulih menjadi US$ 450 juta per tahun mulai tahun depan, dengan mempertimbangkan asumsi adanya peningkatan harga batubara, biaya penambangan yang lebih rendah, serta volume kontrak penambangan yang lebih tinggi.
“Peringkat Indika disematkan dengan mempertimbangkan kemampuannya untuk mengurangi biaya operasional secara signifikan di tengah melemahnya harga batubara, membaiknya profil kredit pada operasional kontrak penambangan kontrak, fleksibilitas belanja modal, serta potensi sensitivitas yang lebih rendah terhadap melemahnya harga batubara,” tulis Fitch dalam laporannya, Minggu (11/10).
Kontan.co.id mencatat, Per Juli 2020, realisasi produksi batubara INDY mencapai 20,4 juta ton. Produksi ini terdiri atas produksi Kideco Jaya Agung sebesar 19,5 juta ton batubara, yang hampir sama dengan realisasi produksi Kideco pada periode yang sama di tahun lalu, yakni sebanyak 19,6 juta ton.
Angka produksi juga disumbang oleh MUTU yang memproduksi 900.000 ton batubara per Juli 2020. Jumlah ini juga sama dengan realisasi produksi di periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Indika Energy (INDY) cetak rugi bersih US$ 21,91 juta di semester I-2020
Kideco sendiri tercatat akan habis masa kontraknya pada 2023 mendatang. Fitch berharap izin penambangan Kideco diperpanjang setelah habis masa berlakunya pada tahun 2023 tanpa menghasilkan dampak yang besar pada profil kredit INDY, anggota indeks Kompas100 ini, .
Adapun asumsi utama yang digunakan Fitch dalam melakukan pemeringkatan ini antara lain harga jual batubara rata-rata Kideco Jaya Agung akan turun menjadi US$ 38 per ton di 2020 dari US$ 45 per ton pada tahun lalu. Harga akan pulih menjadi US$ 41 sampai US$ 42 per ton di tahun 2021.
Volume produksi batubara Kideco juga akan menurun menjadi 32 juta ton per tahun pada tahun ini, dari sebelumnya 35 juta per tahun pada 2019. Fitch memproyeksi volume akan pulih menjadi 33 juta -34 juta per tahun pada tahun depan.
Sementara itu, biaya produksi Kideco akan turun menjadi US$ 32 per ton dan US$ 33 per ton pada tahun ini, dari sebelumnya US$ 37 per ton pada tahun 2019 Sementara EBITDA di anak usaha INDY di bidang kontraktor batubara, yakni PT Petrosea Tbk (PTRO) akan turun menjadi US$ 110 juta dari sebelumnya US$ 127 juta pada tahun 2019.
Lebih lanjut, investasi dan belanja modal konsolidasi diprediksi akan mencapai US$ 100 juta pada tahun ini, dan akan meningkat menjadi US$ 110 juta-180 juta per tahun mulai dari 2021 hingga 2024.
Outlook bisa saja dinaikkan menjadi stabil, yang akan didorong oleh pemulihan harga dan volume batubara.
Selanjutnya: Prospek batubara masih berat, simak rekomendasi saham Indika Energy (INDY)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News