kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

INDF menikmati manisnya bisnis gula


Kamis, 11 Juni 2015 / 07:38 WIB
INDF menikmati manisnya bisnis gula


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) ingin terus menikmati manisnya bisnis gula. Tahun ini, INDF berniat membangun pabrik pengolahan gula berkapasitas minimal 120.000 ton per tahun di Konawe, Sulawesi Tenggara. Ekspansi ini melalui anak usahanya, yakni Indofood Agro Resources Ltd dengan investasi US$ 150 juta atau sekitar Rp 2 triliun.

INDF tengah mencari lahan untuk menyiapkan ekspansi itu. Sebab, untuk menghasilkan produksi minimal 120.000 ton diperlukan lahan untuk pabrik dan kebun tebu seluas 2.000 hektare (ha)-3.000 ha.

Direktur Utama INDF Anthoni Salim menyatakan, INDF mengembangkan bisnis gula agar permintaan dan penawaran gula dalam negeri seimbang. Selama ini Indonesia masih mengandalkan impor gula. Dengan adanya pabrik pengolahan gula ini ia merasa Indonesia tak perlu lagi mengimpor gula karena mampu menghasilkan produk yang cukup baik.

INDF telah memiliki dua pabrik gula di luar negeri. Tapi kedua pabrik itu merupakan hasil akuisisi. Dus, ekspansi pembangunan pabrik gula kali ini merupakan yang pertama bagi INDF. Sejumlah analis menilai, ekspansi pabrik gula berdampak positif terhadap kinerja INDF ke depan.

Pasalnya, kebutuhan gula dalam negeri sangat besar, sementara perusahaan gula domestik belum bisa bersaing dengan asing. Analis First Asia Capital David Nathanael menilai, ekspansi INDF di bisnis gula cukup bagus. Hal itu demi menyiasati lesunya bisnis CPO belakangan ini. Selama ini Indonesia bergantung pada gula impor karena perusahaan dalam negeri tak sanggup memenuhi permintaan.

"Bisnis gula cukup seksi," kata David kepada KONTAN, Rabu (10/6). Dari sisi teknologi, sebagian produsen gula dalam negeri kalah bersaing dengan perusahaan luar negeri. Dus, langkah INDF mengembangkan pabrik gula di Indonesia sangat membantu mengurangi ketergantungan impor.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai, saat ini hanya ada satu produsen gula domestik yang bagus, yakni Gulaku. Tapi perusahaan itu baru memiliki satu pabrik pengolahan gula di Lampung. Sehingga kehadiran INDF di bisnis ini akan memberi nilai baru bagi industri gula dalam negeri.

Hans dan David menilai rencana ekspansi INDF di bisnis gula akan mendorong kinerja kelompok usaha Salim itu di masa depan. Namun dampaknya baru dinikmati beberapa tahun ke depan karena ekspansi itu butuh waktu lama. "Kalau bangun pabrik mungkin butuh dua tahun," ungkap David.

Analis juga sepakat prospek INDF masih cukup bagus. Tapi David memperkirakan penjualan emiten ini hingga akhir 2015 cenderung flat karena harga CPO melemah dan nilai tukar rupiah tertekan. Apalagi, INDF mencatatkan pinjaman bank dalam dollar AS cukup besar.

David memprediksi penjualan INDF flat dan laba bersihnya menyusut 10%-15%. Sedangkan Hans memperkirakan penjualan INDF masih tumbuh hingga akhir tahun ini karena harga CPO sudah menunjukkan perbaikan. Adapun nilai tukar rupiah diprediksi kembali menguat mulai Juli. Penjualan INDF di 2015 ditaksir tumbuh 10%-12% dan laba bersihnya naik 8%-9%.

Jennifer Natalia Widjaja, analis Ciptadana Securities dalam risetnya pada 11 Mei melihat tantangan INDF tahun ini masih besar yakni perlambatan ekonomi, melemahnya harga CPO dan fluktuasi nilai tukar. Jennifer mempertahankan rekomendasi buy INDF dengan target Rp 7.700.

Hans juga menyarankan buy dengan target Rp 7.500. Adapun David memasang hold dengan target Rp 7.400. Harga INDF kemarin naik 2,65% menjadi Rp 6.775 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×