kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Indeks terkoreksi, investor justru beli reksadana berbasis saham


Rabu, 10 Oktober 2018 / 21:05 WIB
Indeks terkoreksi, investor justru beli reksadana berbasis saham
ILUSTRASI. Ilustrasi Reksadana


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor berbondong masuk ke reksadana saham justru di saat pasar saham terkoreksi. Dana kelolaan reksadana berbasis saham pun kompak mencatat pertumbuhan di periode September lalu.

Berdasarkan data Infovesta Utama di September lalu, dana kelolaan jenis reksadana saham tumbuh paling tinggi sebesar Rp 2,2 triliun menjadi Rp 144,91 triliun.

Reksadana berbasis saham lainnya, yaiktu reksadana indeks juga mencatatkan peningkatakan dana kelolaan sebesar Rp 283 miliar menjadi Rp 5,2 triliun. Sedangkan reksadana Exchange Traded Fund (ETF) dana kelolaan juga tumbuh Rp 82 miliar menjadi Rp 10,64 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan sepanjang September kinerja rata-rata reksadana saham terkoreksi 0,40% secara month on month (mom). Koreksi tersebut terjadi karena di bulan lalu The Fed menaikkan suku bunga acuannya kembali 25 basis poin (bps) menjadi 2,25%.

"Penguatan dollar AS terhadap rupiah juga menjadi faktor yang membuat pasar saham terkoreksi," kata Wawan, Rabu (10/10).

Namun, di tengah terkoreksinya pasar saham, Wawan mengamati justru investor banyak melakukan pembelian reksadana saham.

Wawan memperkirakan pada industri reksadana juga terjadi switching dari reksadana pasar uang yang tercatat turun sebesar Rp 3,2 triliun di bulan lalu ke reksadana saham sehingga dana kelolaan tumbuh Rp 2,2 triliun. Sebagian dana kelolaan dari reksadana pasar uang juga diperkirakan pindah ke reksadana terproteksi yang mencatatkan pertumbuhan Rp 4,7 triliun.

Menurut Wawan memang yang menjadi tren adalah ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi invesor reksadana khususnya saham jadi tertarik beli. Hal ini sejalan dengan tren IHSG yang selalu akan kembali bergerak positif setelah mengalami koreksi.

"Investor reksadana berbasis saham yang profil risikonya jangka panjang, melihat saat terkoreksi ini sebagai kesempatan untuk masuk," kata Wawan. 

Switching memang biasa terjadi bila ada reksadana jenis lain dianggap prospeknya lebih baik atau berpotensi naik kinerjanya. Apalagi ketika harga reksadana saham terbilang murah saat koreksi, tak heran investor memilih masuk ke reksadana berbasis saham untuk keperluan investasi jangka panjang.

Wawan memproyeksikan kinerja reksadana saham di akhir tahun bisa tumbuh sekitar 2%. Sementara, secara kumulatif Wawan memproyeksikan dana kelolaan industri reksadana di luar penyertaan terbatas bisa kembali ke level tertinggi di Rp 481 triliun seperti yang terjadi di April lalu. 

Wawan optimistis jika IHSG bisa kembali ke level 6.300-6.400 maka dana kelolaan industri reksadana berpotensi tembus ke Rp 500 triliun di akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×