kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks Melorot Tajam ke Level Terendah


Selasa, 09 September 2008 / 21:45 WIB


Reporter: Diade Riva Nugrahani,Dyah Megasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terjun ke level terendah sepanjang tahun ini. Meski dibuka di level 2.028,75, indeks sempat melorot jauh dan bertengger di level 1.945. Hingga penutupannya tadi sore, indeks masih berada di posisi 1.958,75 atau melemah 3,89% dari penutupan hari sebelumnya.

Sebagian analis berpendapat, transaksi margin call menjadi salah satu penyebab runtuhnya indeks. Menurut Pengamat Pasar Modal Felix Sindhunata, fundamental perekonomian Indonesia masih terbilang bagus. Sehingga, tidak ada alasan indeks bisa mengalami penurunan yang tajam. Felix bilang, adanya margin call menjadi salah satu penyebab tergerusnya indeks. Itu disebabkan karena pihak investor menekan kerugian dengan cara menjual sahamnya. “Hal itu mungkin saja terjadi karena sebagian besar mereka melakukan transaksi bukan dengan dana sendiri melainkan menggunakan pinjaman perusahaan sekuritas,” tandas Felix.

Pemdapat berbeda diungkapkan oleh Presiden Direktur Ciptadana Securities Ferry Budiman Tanja. Ferry mengatakan, adanya margin call yang disediakan oleh perusahaannya tidak turut menyebabkan anjloknya bursa. "Saya rasa bursa jeblok bukan karena margin call, tapi memang keadaan pasar yang sangat buruk," kata Ferry.

Ferry mengatakan, dari empat ribu orang yang menjadi kliennya, hanya sekitar dua ratus orang saja yang menggunakan fasilitas margin call. "Namun di tengah bursa yang jeblok, Ciptadana hanya melakukan force sell sebesar 50% saja," kata Ferry.

Sementara itu, sebagian analis melihat anjloknya bursa dipengaruhi oleh turunnya harga minyak dunia. Asal tahu saja, harga minyak dunia untuk kontrak pengiriman bulan Oktober, hingga pukul 16:34 sudah turun US$ 1,44 menjadi US$ 104,90 per barel. Analis PT Bhakti Capital Indonesia, Budi Ruseno menilai harga minyak yang turun otomatis membuat harga komoditi lain ikut ikutan tertekan. "Kondisi indeks sangat terpengaruh karena ditopang sektor komoditi," kata Budi. Budi bilang, range indeks bisa bergerak liar di kisaran 1.800 sampai 1.900.

Hal yang sama disampaikan Analis Trimegah Sekurities T Heldy Arifin. Ia menilai indeks masih bisa terjun hingga ke level 1.800 jika harga minyak terus terkoreksi. "Saham-saham penopang seperti BUMI bisa tergerus banyak" kata Heldi.

Sementara itu, analis PT Kresna Securities Gifar Indra Sakti menilai faktor global perekonomian Amerika yang cenderung membaik karena diambil alihnya dua perusahaan pembiayaan perumahan Fannie Mae dan Freddie Mac oleh pemerintah tidak ditanggapi oleh bursa regional."Bursa regional masih terkena sentimen negatif kondisi politik ekonomi sejumlah negara," katanya.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Ery Firmansyah menilai investor sebaiknya tidak perlu panik menghadapi situasi seperti ini. "Jangan bertindak sembarangan," katanya. Maksudnya, pelaku pasar jangan membabi buta menjual saham yang dimilikinya karena itu malah akan menggerus indeks. "Fundamental kita masih bagus kok," kata Erry. Menurutnya, pasar memang tengah volatile dan yang paling diperlukan adalah bersikap tenang dan tetap berhati hati dalam transaksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU

[X]
×