kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks agrikultur melorot 2,94% sepanjang 2021, ini rekomendasi saham dari analis


Sabtu, 23 Januari 2021 / 08:40 WIB
Indeks agrikultur melorot 2,94% sepanjang 2021, ini rekomendasi saham dari analis


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2021 berjalan sampai dengan Jumat (22/1), indeks sektor agrikultur menjadi indeks sektoral dengan penurunan terdalam, yakni 2,94%. Ini sejalan dengan mayoritas saham di dalamnya yang berkinerja merah.

Sebagai contoh, harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) terkoreksi 3,72% secara year to date (ytd) ke level Rp 11.650 per saham dan harga PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) turun 4,49% menjadi Rp 1.275. Bahkan, harga PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) merosot 15,26% menjadi Rp 1.055 per saham.

Analis Phillip Sekuritas Michael Filbery mengatakan, koreksi harga saham-saham ini disebabkan penurunan harga jual crude palm oil (CPO). Merujuk data Bloomberg, harga CPO untuk kontrak pengiriman April 2021 per Jumat (22/1) berada di level RM 3.279 per ton. Harga ini merosot 12,16% dari level tertinggi tahun ini di RM 3.733 per ton pada 6 Januari 2021.

Menurut Michael, beberapa saham CPO, seperti AALI, LSIP, SSMS, PT Darma Satya Nusantara Tbk (DSNG), dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) sudah menyelesaikan fase uptrend dan kini memasuki fase konsolidasi. Dia pun memprediksi, harga saham-saham CPO dalam jangka menengah akan cenderung sideways sehingga kenaikannya terbatas.

Baca Juga: Indeks saham perkebunan turun paling dalam sepanjang 2021, berikut penyebabnya

Hal ini seiring dengan harga CPO yang sudah mencapai level keseimbangan baru di rentang RM 3.400 per ton-RM 3.600 per ton. "Harga CPO diperkirakan masih dapat bertahan di atas level RM 3.000 hingga pertengahan tahun 2021 seiring dengan La Nina yang kemungkinan besar berlangsung hingga akhir kuartal II-2021 dan meningkatnya permintaan CPO dari China menjelang hari raya Imlek," kata Michael kepada Kontan.co.id, Jumat (22/1).

Menurut dia, level harga saham-saham CPO, seperti AALI, LSIP, SSMS, DSNG, dan SIMP saat ini sudah tergolong wajar. Oleh karena itu, dia menyarankan hold bagi investor yang sudah punya saham-saham tersebut.

Sementara bagi yang belum punya, akumulasi beli masih dapat dilakukan hingga kuartal kedua 2021. "Industri ini cukup siklikal sehingga investor harus menyesuaikan strategi buy-sell saham-saham tersebut terhadap tren harga CPO," jelas dia.

Baca Juga: ​Hubungan La Nina dengan bencana banjir di Indonesia

Michael menjagokan dua saham, yakni AALI dan LSIP. Untuk AALI, Michael memprediksi, pemulihan kinerja earnings sepanjang tahun 2020 dapat berlanjut hingga 2021. Meskipun produksi dan volume penjualan diprediksi masih dalam tren turun, dia yakin AALI dapat memanfaatkan tingginya harga pasar CPO untuk memaksimalkan harga penjualan CPO AALI.

AALI juga memiliki pasar ekspor yang kuat sehingga dapat mengoptimalkan penjualan ekspor ke pasar-pasar CPO utama Indonesia, di tengah pembatasan impor CPO dari Malaysia oleh China. Michael memperkirakan, kinerja produksi AALI akan kembali pulih pada kuartal ketiga 2021. Dia merekomendasikan investor hold AALI dengan target harga Rp 12.700 per saham.

Untuk LSIP,  Michael memprediksi, kinerja penjualan LSIP sepanjang 2020-2021 akan tetap lebih baik dibanding 2019 meski produksi tahunan 2020 terhambat cuaca kering di 2019 dan aktivitas penanaman kembali masih berlanjut. Hal ini didukung oleh harga jual LSIP yang relatif lebih tinggi dibanding 2019.

Harga jual rata-rata CPO LSIP ke depannya juga bakal relatif stabil berkat pulihnya permintaan CPO pascapandemi dan berlanjutnya program B-30 di Indonesia. Dia merekomendasikan hold LSIP dengan target harga Rp 1.400 per saham.

Baca Juga: Sedang terkoreksi, ini potensi saham CPO

Sementara itu, Analis Henan Putihrai Sekuritas Meilki Darmawan melihat, saham-saham di sektor CPO masih akan atraktif di tahun ini. Menurut dia, ekspektasi pasar memang sedang bergairah ke sektor komoditas yang salah satunya adalah CPO. Dia merekomendasikan beli AALI dengan target harga Rp 14.000 per saham.

"Secara fundamental, earnings AALI tahun bisa tumbuh sekitar 21% yoy yang ditopang oleh kenaikan ASP dan efisiensi biaya operasional," ucap Meilki. Sementara itu, jika ingin memilih saham lainnya, dia menyarankan investor untuk mempertimbangkan emiten CPO yang memiliki yield tandan buah segar (TBS) di atas 15 ton per hektare dan konsisten menjalankan program penanaman kembali.

Baca Juga: Biden galakkan energi ramah lingkungan, apa dampaknya ke emiten batubara dan CPO?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×