kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.407.000   24.000   1,01%
  • USD/IDR 16.591   -18,00   -0,11%
  • IDX 8.126   74,55   0,93%
  • KOMPAS100 1.121   15,16   1,37%
  • LQ45 780   8,00   1,04%
  • ISSI 292   2,87   0,99%
  • IDX30 407   3,03   0,75%
  • IDXHIDIV20 456   1,98   0,44%
  • IDX80 123   1,45   1,19%
  • IDXV30 132   1,56   1,20%
  • IDXQ30 128   0,65   0,51%

IMF Prediksi Ekonomi RI 2025 Membaik, Jangan Telat Masuk Saham Blue Chip Bank Ini


Kamis, 16 Oktober 2025 / 10:11 WIB
IMF Prediksi Ekonomi RI 2025 Membaik, Jangan Telat Masuk Saham Blue Chip Bank Ini
ILUSTRASI. IMF Prediksi Ekonomi RI 2025 Membaik, Jangan Telat Masuk Saham Blue Chip Bank Ini


Reporter: Dendi Siswanto, Selvi Mayasari | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9% pada tahun 2025 dan 2026 dari sebelumnya 4,8%. Kala perekonomian menggeliat, saham perbankan layak dilirik. Terlebih lagi, harga saham bank blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melemah pada Oktober 2025.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut tertuang dalam Laporan World Economic Outlook October 2025, Rabu (15/10/2025). Sebelumnya, dalam Laporan World Economic Outlook July 2025, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,8% di 2025 dan 2026.

"Proyeksi staf IMF didasarkan pada anggaran terbaru, dengan melakukan ekstrapolasi menggunakan PDB nominal yang diproyeksikan (dan komponen-komponennya sesuai kebutuhan) serta penerapan pertimbangan untuk mencerminkan kebijakan pengeluaran dan pendapatan pemerintah dalam jangka menengah," tulis IMF dalam laporannya, Rabu (15/10/2025).

Baca Juga: Kalah Laris, Penjualan Mobil Listrik BYD Tergerus Wuling, Aion & VinFast Sept 2025 

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa telah melakukan pembicaraan secara virtual dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina  Georgieva.

Purbaya mengatakan bahwa IMF (IMF) mengapresiasi keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam menjaga pertumbuhan ekonomi tinggi di tengah ketidakpastian global. 

IMF menilai Indonesia sebagai “bright spot” di tengah perlambatan ekonomi dunia, berkat reformasi kelembagaan dan kebijakan fiskal yang disiplin.

IMF juga menyoroti upaya pemerintah dalam mendorong reformasi kelembagaan, pembentukan Dana Abadi, hilirisasi sumber daya alam, serta optimalisasi potensi generasi muda. 

IMF menilai kombinasi kebijakan tersebut berhasil meredam keresahan publik dan menjaga stabilitas ekonomi nasional. 

Selain itu, kebijakan fiskal pro-pertumbuhan dengan tetap menjaga disiplin fiskal menjadi nilai tambah bagi leadership pemerintah.

"Indonesia dinilai resilien dan berpeluang besar mencapai pertumbuhan tinggi. Fundamental ekonomi yang kuat, disiplin fiskal yang konsisten dijaga, serta sektor swasta yang adaptif dan tangguh menjadi faktor kunci," ujar Purbaya dalam unggahan di instagram @menkeuri, Minggu (13/10).

Indonesia dinilai memiliki fundamental ekonomi yang kuat, dengan disiplin fiskal yang konsisten serta sektor swasta yang adaptif dan tangguh. 

Purbaya menegaskan komitmen pemerintah menjaga defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di bawah 3$ dan rasio utang di bawah 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Selain itu, peran sektor swasta terus diperkuat melalui insentif usaha dan kebijakan belanja fiskal yang efektif. Pemerintah juga memastikan pasokan likuiditas berbunga rendah tetap memadai serta mempercepat proses deregulasi.

Purbaya menambahkan, base money atau uang beredar tumbuh sekitar 13% (yoy) pada September 2025, antara lain karena penempatan dana negara sebesar Rp 200 triliun berbunga rendah di bank-bank Himbara. 

Langkah ini dinilai mampu menjaga likuiditas kas negara tetap aman namun produktif bagi perekonomian.

"Mewujudkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan mengembalikan sentimen positif publik menjadi prioritas jangka pendek. Keyakinan publik terus dibangun, terutama generasi muda terhadap lapangan kerja dan masa depan ekonomi," kata Purbaya.

Tonton: Ekonomi AS Rugi Rp 248 Triliun per Hari Akibat Shutdown

Rekomendasi saham

Harga saham bank berkapitalisasi besar atau big bank hingga Oktober 2025 masih dalam tekanan. Pada perdagangan Kamis 15 Oktober 2025 jam 9.45 WIB, harga saham Bank Central Asia (BBCA) di level 7.250, stagnan dari harga pembukaan dan turun 26,77% sejak awal tahun. 

Harga saham Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) pada saat yang sama di level 3.520 naik 20 poin atau 0,57%, tapi terakumulasi turun 16,39% sejak awal tahun.

Harga Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) di level 3.790 naik 20 poin atau 0,53%, tapi terakumulasi turun 17,43% sejak awal tahun.

Senasib, harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)  di level 4.090 naik 40 poin atau 0,99% dan terakumulasi melemah 30,09% dari awal tahun.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai  secara fundamental, kinerja emiten perbankan nasional dinilai masih solid dan berpotensi tumbuh positif hingga akhir tahun.

“Ke depan, perbankan masih sangat prospektif karena ditopang oleh potensi peningkatan net interest margin (NIM) seiring tren penurunan suku bunga acuan dan pertumbuhan kredit yang terus berlanjut,” jelas Nafan kepada kontan.co.id, Rabu (15/10).

Baca Juga: Pemerintah Borong 42 Jet Tempur dari China, Akhiri Ketergantungan pada Barat

Ia menambahkan, Bank Indonesia (BI) dan pemerintah juga terus menunjukkan komitmen dalam menjaga likuiditas sistem keuangan melalui kebijakan pelonggaran moneter. “Langkah ini menjadi stimulus positif bagi sektor perbankan, terutama untuk mendukung penyaluran kredit yang lebih ekspansif,” ujarnya.

Dari sisi teknikal, pergerakan saham perbankan memang masih menunjukkan pola lower low, namun belum mengindikasikan tren penurunan jangka panjang (major downtrend). “Sebagian besar saham bank BUMN masih berada dalam fase major sideways, bukan markdown. Jadi pasar saat ini cenderung dalam fase konsolidasi,” jelasnya.

Secara valuasi, saham-saham perbankan pelat merah juga dinilai masih menarik untuk dikoleksi. 

“Rata-rata valuasinya sudah berada di bawah nilai wajar (fair value), dengan dividend yield yang cukup tinggi. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor jangka menengah dan pemburu dividen,” imbuhnya.

Sebagai rekomendasi investasi, Nafan memberikan rekomendasi “accumulative buy” untuk saham-saham perbankan besar seperti:

  • BBNI dengan target harga Rp4.470 per saham
  • BMRI dengan target Rp4.530 per saham
  • BBCA dengan target Rp8.100 per saham
  • BBRI dengan target Rp4.030 per saham
  • BNGA Rp 1.740  per saham.

Tonton: Harga Emas Antam Kembali Melonjak Hari Ini (16 Oktober 2025)

Selanjutnya: Amerika Serikat (AS) Desak Jepang Hentikan Impor Energi dari Rusia

Menarik Dibaca: Benarkah Minum Air Dingin saat Cuaca Panas Berbahaya? Ini Faktanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×