kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Imbal Hasil Tak Kalah Menarik, Dana Asing Mulai Masuk Lagi ke SBN


Kamis, 23 Mei 2024 / 20:42 WIB
Imbal Hasil Tak Kalah Menarik, Dana Asing Mulai Masuk Lagi ke SBN
ILUSTRASI. Warga mencari informasi mengenai Surat Berharga Negara (SBN) jenis Sukuk Tabungan Seri ST010 di Jakarta, Kamis (18/3/2023). Imbal Hasil Tak Kalah Menarik, Dana Asing Mulai Masuk Lagi ke SBN.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Surat utang Indonesia tak kalah menarik daripada surat utang di negara lainnya. Imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) pun semakin pulih seiring perekonomian yang stabil.

Head Of Fixed Income Research, PT Sinarmas Sekuritas, Aryo Perbongso, mengatakan bahwa imbal hasil (yield) surat utang 10 tahun Indonesia berada di posisi 6,98% per 15 Mei 2024. Sedangkan, real yield Indonesia berada di posisi 3,98%, hasil dari selisih besaran suku bunga dan inflasi.

Sehingga, Aryo berujar, posisi imbal hasil surat utang Indonesia sebenarnya masih cukup kompetitif. Besaran real yield Indonesia terpantau masih tertinggi ke-5 di antara negara emerging market.

“Secara pergerakan pun imbal hasil telah obligasi turun karena dibantu oleh pembelian Bank Indonesia (BI), walaupun tengah dalam kondisi outflow dari investor asing,” ujarnya dalam webinar, Rabu (22/5).

Baca Juga: BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6,25% pada Mei 2024

Sinarmas Sekuritas memperkirakan akhir tahun nanti yield obligasi pemerintah 10 tahun bisa mencapai level 6,65%. Sementara real yield diperkirakan capai 6,72%.

Menurut Aryo, surat utang berdurasi pendek mungkin lebih direkomendasikan untuk saat ini karena memperkirakan yield akan terus turun ke depannya. Hal itu mengingat ekspektasi batas atas utang AS akan diperbaharui pada Januari 2025. Kemudian, pengeluaran AS akan normal usai pemilu November 2024.

“Situasi itu akan melemahkan ekonomi Amerika dan bisa membuat pemangkasan suku bunga The Fed,” jelasnya.

Hanya saja, Aryo mengantisipasi bahwa adanya volatilitas pasar obligasi pemerintah dalam waktu dekat karena dipengaruhi perekonomian AS yang diperkirakan mengalami stagflasi. Inflasi tinggi akan dibarengi pertumbuhan ekonomi yang lambat.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruton menilai bahwa yield masih cukup stabil di level 6,8% dalam sepekan ini. Pergerakan ini artinya mencerminkan kepercayaan investor yang dibuktikan dengan keikutsertaan investor asing.

Baca Juga: Asing Lepas SBN, Utang Luar Negeri Pemerintah Turun Jadi US$ 192,2 Miliar

Berdasarkan data transaksi 13  16 Mei 2024, nonresiden atau investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto atau inflow sebesar Rp 22,06 triliun. Ini menambah tren positif aliran modal asing masuk pada pekan pertama dan kedua Mei 2024 dengan total Rp 22,84 triliun.

Secara rinci, inflow di pekan ketiga Mei 2024 terdiri dari beli neto Rp 5,30 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp 2,40 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 19,17 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Adapun selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 16 Mei 2024, non residen jual neto sebesar Rp 42,27 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 2,05 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 53,18 triliun di SRBI.

Ramdhan menilai bahwa masuknya kembali dana asing ke Indonesia terjadi setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan. Ditambah lagi, kondisi makro ekonomi Indonesia cukup stabil.

Seperti diketahui, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25% pada 23-24 April 2024 lalu. Kenaikan suku bunga BI tersebut di saat The Fed masih mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,25% - 5,5%.

Menurut dia, potensi arus inflow dana asing masih cukup besar ke depannya karena yield atau imbal hasil surat utang Indonesia lebih menarik dibandingkan negara lain seperti Singapura ataupun Malaysia.

Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga BI Diharapkan Picu Dana Asing Kembali ke Pasar Dalam Negeri

Dengan demikian, arus masuk akan menambah likuiditas yang akhirnya bisa menekan yield SBN 10 Tahun bisa kembali turun dalam artian menguat ke level 6,5% di akhir 2024.

Oleh karena itu, Ramdhan melihat kemungkinan investor asing maupun domestik masih akan menyukai surat utang Indonesia. Terdekat, lelang Surat Utang Negara (SUN) diperkirakan bakal kembali semarak dimeriahkan oleh investor asing.

“Saya yakin penawaran masuk lelang SUN masih akan berada di atas target indikatif pemerintah,” tutur Ramdhan saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (22/5).

Adapun pemerintah menetapkan target lelang sebesar Rp 22 triliun – Rp 33 triliunpada lelang Selasa pekan depan (28/5). Terdapat 8 seri SBN yang dilelang yakni SPN03240828 (New Issuance), SPN12250529 (New Issuance), FR0101, FRSDG001, FR0100, FR0098, FR0097, FR0102.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×