Reporter: Narita Indrastiti, Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Sejumlah emiten berencana memecah nominal saham (stock split) di semester II ini. Emiten itu antara lain, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Sepatu Bata (BATA) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Malah, TLKM akan mewujudkan rencana (stock split) pada akhir bulan ini. Meski pasar tengah bergejolak, TLKM memastikan tetap menggelar stock split dengan rasio 1:5. Jika mengacu pada harga saham TLKM, kemarin, yang sebesar Rp 10.400 per saham, maka setelah stock split, harga saham TLKM akan menjadi Rp 2.080 per saham.
Direktur Utama TLKM, Arief Yahya, menyatakan, TLKM sudah mengantongi izin stock split. Dari aksi korporasi ini, nominal saham TLKM akan menurun dari sebelumnya Rp 250 per saham menjadi Rp 50 per saham.
Menurut Arief, sejatinya aksi ini akan lebih baik dilakukan saat kondisi pasar sedang bullish. Tapi, dia tetap yakin, peminat saham TLKM masih besar. "Memang harus melihat tren indeks. Sebenarnya lebih bagus kalau pasar bullish. Tetapi karena izin sudah digenggam, rencana ini tetap dilakukan walau pasar bearish," jelas Arief, Selasa (20/8).
Dia menjelaskan, tujuan stock split ini agar saham TLKM lebih terjangkau bagi masyarakat. Stock split juga untuk menambah likuiditas saham TLKM. Stock split pun berpotensi membuat persepsi investor akan saham TLKM bisa lebih baik.
Direktur Keuangan TLKM, Honesti Basyir, menambahkan, jumlah saham TLKM pasca stock split akan meningkat dari 80 miliar unit saham menjadi 400 miliar saham. Menurutnya, harga saham TLKM di level Rp 10.000 per saham sudah dipersepsi mahal oleh pasar.
Alhasil, apabila stock split bisa digelar, saham TLKM terlihat lebih murah dan likuiditas membaik. "Akhir Agustus kami bisa stock split, tetapi di bursa New York baru bisa awal September, jadi mengikuti saja," kata dia.
Honesti mengatakan, perdagangan saham TLKM dengan nilai nominal lama di pasar reguler dan pasar negosiasi akan dilakukan pada 23 Agustus 2013. Sementara di bursa New York (NYSE), akhir perdagangan akan dilakukan pada 27 Agustus 2013.
Untuk awal perdagangan saham dengan nominal baru pada pasar reguler dan negosiasi di Bursa Efek Indonesia akan dilakukan pada 26 Agustus. Sedangkan, untuk bursa New York pada 28 Agustus. Nah, di pasar tunai di Indonesia, perdagangan saham dengan nilai baru akan dimulai pada 29 Agustus. Sementara di New York 2 September 2013.
Perhatikan kinerja
Akhmad Nurcahyadi, analis AM Capital menilai, stock split saham akan berdampak positif secara psikologis bagi saham TLKM. Investor ritel pun akan lebih mudah membeli saham TLKM yang berkapitalisasi pasar besar dan likuid. Namun, pergerakan saham TLKM akan tetap bergantung dari kinerja. Menurut dia, tanpa stock split pun TLKM sudah likuid.
Tapi ini akan menjadi katalis kuat bagi investor yang ingin mengakumulasi TLKM dalam jangka panjang. "Sama seperti Astra, stock split TLKM juga akan dinilai positif oleh investor. Namun pergerakannya akan bergantung pada kinerja TLKM itu sendiri," jelas Akhmad.
Akhmad mengatakan, sejauh ini kinerja TLKM jauh lebih unggul dari emiten lain di sektornya. "TLKM berhasil memanfaatkan potensinya dan aktif berekspansi. Kinerjanya unggul dari emiten lain," jelas dia.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities pun sepakat kinerja emiten tetap menjadi fokus utama. Menurutnya, kinerja emiten menjadi penggerak terbesar bagi saham tersebut.
Dari pengamatan Reza, tidak semua saham pasca stock split bisa bergerak lebih likuid. Biasanya, emiten yang kinerjanya biasa-biasa saja, investor tak terlalu tertarik untuk mengakumulasi sahamnya meski murah. "Karena itu, kinerja emiten harus tetap jadi perhatian utama investor," ujar dia.
Selain itu, menurut Reza, harus ada upaya dari manajemen untuk meningkatkan likuiditas. "Misalnya dengan membuat market maker dari pihak ketiga," kata dia. Jika sudah banyak pelaku pasar yang mulai tertarik untuk memperdagangkan saham emiten tersebut, bisa menjadi pendongkrak harga.
Reza pun menambahkan, kondisi pasar yang sedang tidak kondusif tidak akan mempengaruhi rencana stock split saham emiten, karena tidak ada hubungan secara langsung. "Tergantung persepsi pasar dan bagaimana perdagangan saham sebelumnya," ujar dia.
Karena itu, dengan melihat kinerja TLKM yang jauh lebih unggul dari emiten sektor lainnya. Akhmad merekomendasikan, buy untuk saham TLKM dengan target Rp 12.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News