Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang kuartal II-2020 asing masih mencatatkan jual bersih (net sell) sebesar Rp 5,33 triliun di pasar saham dalam negeri. Bila dihitung sepanjang semester satu tahun ini maka aksi jual asing mencapai Rp 15,65 triliun.
Namun, bila dilihat kembali saham-saham seperti BBCA, BNLI, UNVR, SMMA, dan INDF masih diborong asing.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan, aksi jual asing ini sejalan dengan risiko yang tengah dihadapi dunia yaitu tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Kondisi ini membuat investor asing melakukan rebalancing portofolio memilih saham-saham yang menurut mereka memiliki prospek yang lebih baik.
Baca Juga: Kuartal II-2020, net sell asing Rp 5,33 triliun, saham-saham ini masih diborong asing
Hans menambahkan saham-saham seperti BBCA, UNVR, dan CPIN memang merupakan pemimpin pasar sehingga dilirik oleh asing. Selain itu, CPIN juga mendapat sentimen positif dari pergerakan harga ayam.
Selain itu, sentimen yang membuat asing memilih saham-saham dalam negeri tersebut adalah prediksi bahwa ekonomi Indonesia bisa pulih lebih cepat. "Orang memang tahu masalah besar yang dihadapi Indonesia belum terlihat menang dari Covid-19 bahkan belum bisa menyelesaikan gelombang satu. Tapi saya pikir kalau kita melewati Covid-19, bisa tumbuh lebih cepat karena daya beli kuat," kata Hans kepada Kontan.co.id, Senin (3/8).
Dengan melihat pergerakan investor asing serta memanfaatkan kondisi pasar pada Agustus 2020, Hans menyarankan investor dalam negeri untuk menadah saham-saham yang dilepas asing. "Menadah saham yang dijual asing, kalau sudah tinggi kenapa beli lagi?" jelasnya.
Baca Juga: IHSG merosot 2,78% ke 5.006, dua saham BUMN dilepas asing pada Senin (3/8)
Tekanan pasar di Agustus sebenarnya merupakan siklus tahunan di mana masa pembagian dividen dan data laba korporasi telah keluar. Namun di tahun ini, tekanan terjadi lebih disebabkan oleh data korporasi yang yang diprediksi turun.
Dus, Hans menyarankan investor domestik untuk memilih saham BBNI karena belum naik tinggi dan valuasi masih terhitung murah. Selain itu untuk sektor properti dia menyarankan beli saham BSDE saat harga terkoreksi. Di sektor konstruksi Hans menyarankan untuk memilih saham WIKA, PTPP, dan WSKT lantaran pemerintah diprediksi bakal menggenjot belanja infrastruktur untuk memutar roda perekonomian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News