kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

IHSG tetap akan positif di tengah sentimen ekonomi AS dan pemilu


Rabu, 27 Maret 2019 / 15:51 WIB
IHSG tetap akan positif di tengah sentimen ekonomi AS dan pemilu


Reporter: Aldo Fernando | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan, efek inverted yield curve US Treasury tidak begitu signifikan bagi Indonesia. Namun, hal tersebut menjadi sentimen eksternal global yang membuat investor cenderung mengambil langkah aman.

Inverted yield curve terjadi ketika investor melihat adanya penurunan suku bunga hingga medium to long sehingga investor beramai-ramai membeli obligasi tenor panjang yang memiliki bunga lebih besar dari suku bunga saat ini,” jelas Lanjar kepada Kontan.co.id, Senin (25/3).

Peningkatan permintaan atas obligasi bertenor panjang mengakibatkan harga obligasi tersebut naik. Jika harga naik mendekati harga premium, yield obligasi tersebut menurun. Hal tersebut yang menjadi indikasi sinyal resesi di AS.

Kejadian inversi yield ini pernah terjadi di AS pada 2007. Pada waktu itu, yield obligasi 10 tahun turun ke level terendah sehingga investor beramai-ramai mencari instrumen yang lebih aman pada posisi jangka panjang.

“Kepercayaan investor saat ini pun mirip seperti 2007, di mana sikap dovish the Fed pada suku bunganya mengancam pertumbuhan inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat,” kata Lanjar.

Lanjar menjelaskan, pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat yang terjadi pada AS merupakan sinyal negatif.

“Ini melihat kondisi ekonomi AS saat ini telah mencapai puncaknya setelah mengalami resesi 2008 silam. Ekonomi yang mencapai puncaknya memberikan arti resesi akan segera datang,” ujar Lanjar.

Dampak ke IHSG

Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menilai, dampak inversi kurva yield US Treasury hanya bersifat temporer, yakni di tanggal 25 Maret ketika IHSG melemah signifikan. Pelemahan IHSG tersebut, kata Vakdy, kemudian diikuti oleh rebound, Selasa (26/3).

"Sebab, indikator resesi bukan hanya dari inversi tersebut. Masih ada data-data lainnya, misalnya inflasi, pengangguran, suku bunga, dan lain-lain. Sehingga di tanggal 26, investor kembali rasional," jelas Valdy kepada Kontan.co.id, Rabu (27/3).

Mengenai dampak eksternal terhadap bursa tanah air, Valdy bilang, fluktuasi jangka pendek mungkin terjadi, seperti ketika ada sentimen terkait inversi yield US Treasury tempo hari.

Namun, Valdy optimistis, investor akan kembali rasional dan kembali memperhatikan semua isu-isu besar yang terjadi.

"Mulai dari kebijakan The Fed yang diperkirakan cenderung dovish, ekspektasi tercapainya kesepakatan dagang antara AS-China, hingga upaya-upaya untuk mencapai kesepakatan Brexit," imbuhnya.

Senada, analis Indo Premier Sekuritas Mino berpendapat, dampak fenomena inverted yield curve di AS terhadap Indonesia hanya sementara.

"Menurut saya sentimen negatif dari eksternal tidak terlalu besar dampaknya," kata Mino kepada Kontan.co.id.

Malahan, kata Mino, IHSG akan positif menjelang dan pasca-Pilpres 2019. "IHSG akan positif setelah pilpres. Untuk sebelum pilpres lebih cenderung sideways dan sentimen eksternal akan lebih dominan sebelum pilpres," jelasnya.

Mino berpendapat, penurunan IHSG yang terjadi sampai saat ini akan mereda setelah gelaran Pilpres 2019 usai dilaksanakan.

"Jika hasil pemilu beda dengan survey mungkin market akan sedikit bergejolak, tapi hanya temporer sembari menunggu kebijakan apa yang akan di ambil presiden baru," tambahnya.

Namun, Mino menilai, pasar lebih cenderung mendukung pihak petahana. "Karena market sudah tahu kebijakannya petahana," kata Mino.

Setali tiga uang, Valdy juga yakin, IHSG masih optimistis tumbuh positif pada tahun pemilu kali ini.

"Apalagi pemilu kali ini merupakan pemilu serentak, ada potensi kenaikan konsumsi rumah tangga mengingat kebutuhan kampanye dan alat peraga kampanye akan meningkat signifikan," kata Valdy.

Valdy bilang, IHSG saat ini memasuki fase konsolidasi pasca membentuk pola bullish. Dirinya memprediksi IHSG tetap positif terlepas dari apa pun hasil dari gelaran Pemilu 2019

"Optimistis ya. Saya rasa, arah kebijakan, target makro ekonomi di tahun 2019 masih akan dipertahankan, sebelum maupun setelah pemilu, apa pun hasil pemilunya," imbuhnya.

Valdy merekomendasikan saham-saham Bank, terutama saham big cap. "Saham tersebut terkoreksi cukup signifikan. Secara historis potensi rebound-nya paling cepat dan kinerja juga relatif baik," jelasnya.

Mino merekomendasikan saham-saham big cap seperti BBCA, anggota indeks Kompas100 , ICBP, anggota indeks Kompas100 ini, HMSP, anggota indeks Kompas100 ini, BMRI, anggota indeks Kompas100, BBRI, anggota indeks Kompas100 ini, dan TLKM, anggota indeks Kompas100 ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×