Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami penurunan ke level 7.520,60 setelah turun 3,56% dalam sebulan terakhir.
Tekanan terhadap IHSG ini disebabkan oleh penurunan sejumlah saham berkapitalisasi besar (big cap), meskipun bobot saham-saham tersebut tetap dominan dalam menentukan laju IHSG.
Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi salah satu yang mengalami penurunan signifikan, turun dari level tertingginya di Rp 11.900 menjadi Rp 6.500.
Baca Juga: Saham-Saham Big Cap Ini Berpeluang Menguat Usai Tertekan, Cek Rekomendasi Sahamnya
Selain BREN, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) juga mengalami pelemahan dalam periode yang sama.
Sementara itu, beberapa saham dengan kapitalisasi pasar terbesar seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), dan PT Astra International Tbk (ASII) masih berada dalam posisi tertinggal (laggard) secara year to date.
Menurut Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, aliran dana asing yang keluar dari pasar saham Indonesia menjadi salah satu faktor utama penurunan saham big cap.
Baca Juga: Cermati Saham_Saham yang Banyak Ditadah Asing Saat IHSG Tergelincir Kemarin
"Aliran dana keluar cukup deras, terutama setelah muncul sentimen dari stimulus ekonomi di China, yang menarik inflow ke pasar Negeri Panda tersebut," ujarnya.
Oktavianus Audi, Head of Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, menambahkan bahwa pelantikan presiden baru dan penyusunan kabinet akan menjadi faktor penting bagi para investor.
Audi memperkirakan saham big cap akan naik jika bank sentral AS, Federal Reserve, memangkas suku bunga sesuai ekspektasi, yang dapat mendorong capital inflow. Sentimen lain yang ditunggu adalah laporan keuangan kuartal III-2024.
Baca Juga: Kinerja Pakuwon Jati (PWON) Diproyeksi Positif, Simak Rekomendasi Sahamnya
Fath Aliansyah, Analis Lotus Andalan Sekuritas, sepakat bahwa musim rilis laporan keuangan akan menjadi katalis bagi saham big cap, terutama emiten yang memiliki potensi pertumbuhan kinerja.
Fath juga menyarankan untuk mengoleksi saham-saham big cap secara selektif dan bertahap, dengan BBRI dan ASII menjadi perhatian utama.
Pengamat pasar modal dan Founder WH-Project, William Hartanto, menyoroti dampak dari stimulus ekonomi China yang menyebabkan net sell oleh investor asing. Ia memperkirakan pelemahan saham big cap masih ada, meski potensinya mulai terbatas.
"Posisi saham big cap saat ini menarik untuk menerapkan strategi buy on weakness," kata William, seraya merekomendasikan buy untuk saham BBRI, TLKM, dan BBNI, serta wait and see untuk BREN dan AMMN.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Big Cap Pilihan yang Berpeluang Menguat Usai Tertekan
Ratih Mustikoningsih, Financial Expert Ajaib Sekuritas, menambahkan bahwa sektor perbankan layak dicermati menjelang rilis kinerja keuangan dan rencana insentif di sektor properti. Ratih merekomendasikan saham BMRI dengan target resistance di Rp 7.300.
Oktavianus Audi juga memberikan rekomendasi buy untuk saham BBCA, BMRI, BBRI, dan TLKM, dengan target harga masing-masing di Rp 11.150, Rp 7.200, Rp 5.900, dan Rp 3.750 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News