Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah berada di atas 5.000 dalam dua hari terakhir ini. Kenaikan IHSG bisa menjadi pendorong signifikan kinerja reksadana saham di sisa 2020.
Bahkan, investor yang ingin mulai berburu reksadana saham belum terlambat untuk masuk.
Berdasarkan data Infovesta Utama, total dana kelolaan reksadana saham Tanah Air tercatat mengalami kenaikan sepanjang Mei 2020 dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp 96 triliun. Capaian tersebut naik 0,03% dari capaian April 2020 yang hanya Rp 95,66 triliun atau naik 4,25% dari level terendah sepanjang 2020 pada Maret lalu yakni Rp 92,1 triliun.
Baca Juga: IHSG di atas 5.000, reksadana saham bakal kecipratan berkah
Head of Business Development Avrist Asset Management (AM) Farash Farich mengatakan, ada peluang permintaan reksadana saham akan meningkat seiring kenaikan IHSG. Ini karena, investor cenderung baru akan subscribe setelah market naik, bukan pada saat valuasi di bawah.
"Fear of missing out. Tapi untungnya valuasi saat ini masih rendah, sehingga tidak apa-apa jika beli sekarang juga," kata Farash kepada Kontan.co.id, Selasa (9/6).
Bahkan, Farash menilai sejak Maret 2020 sudah jadi waktu yang tepat bagi investor untuk menambah investasi di reksadana saham dan pendapatan tetap secara bertahap. Selanjutnya, investor tinggal menyesuaikan kebutuhan masing-masing, apakah akan berinvestasi di jangka panjang atau menengah.
Baca Juga: IHSG melemah 0,7% hari ini, simak proyeksi untuk perdagangan besok (10/6)
Prediksinya, hingga akhir tahun IHSG akan berada di kisaran 5.400, dengan potensi return pada reksadana saham sekitar 6%-7% di sisa 2020. Adapun strategi yang diterapkan Avrist AM adalah dengan menambah bobot di saham yang sudah undervalue secara bertahap.
Ke depan, beberapa sentimen seperti pelambatan penyebaran kasus Covid-19 bakal jadi pendorong penguatan IHSG ke level target. Ditambah lagi meredanya risiko gelombang kedua virus corona, disertai dengan dampak relaksasi PSBB secara global terhadap kecepatan pemulihan bisnis dan ekonomi.
"Tantangannya, masih seputar Covid-19 jika belum mereda, disusul dengan tidak adanya inflow asing secara signifikan. Ditambah lagi jika kinerja emiten kuartal II-2020 justru lebih buruk dari perkiraan," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News