Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini berhasil ke level 7.300, kendati ditutup melemah pada akhir perdagangan Rabu (14/9) ke level 7.278,07.
Di tengah tingginya IHSG analis menilai beberapa sektor masih menarik lantaran memiliki PER yang masih murah.
Analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim mengatakan, mengacu data Bloomberg maka PER IHSG saat ini berada di 14,8. Jika dibandingkan dengan sektornya, Lukman melihat IHSG masih di bawah rata-rata.
"Namun PER yang tinggi dibebankan dari IDXtech, selain itu jika melihat PER index regional Asean juga masih relatif undervalued," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (14/9).
Baca Juga: IHSG Ditekan Sentimen Global, Intip Rekomendasi Saham Pilihan untuk Kamis (15/9)
Masih mengacu Bloomberg, Lukman mengatakan IDXindustrial masih termurah berada di 5,73. Diikuti property and real estate 10,66, IDXconsumer non cyclicals 13,02, dan IDX financials 15,48.
Dari berbagai sektor tersebut, dirinya menilai harga saham PT Paninvest Tbk (PNIN) masih murah lantaran memiiliki PBV yang masih di bawah 1 dan PER masih di 2,75.
"Sehingga dapat dikatakan masih relatif undervalued, selain itu PNIN konsisten membukukan net income," jelasnya.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menambahkan bahwa sektor energi, terutama minyak, gas, dan batubara juga masih murah. Selain itu, juga ada sub sektor dari automomobile & component.
Baca Juga: IHSG Menguat, Prospek Reksadana Indeks Makin Menarik
Pandhu menilai emiten dari sub sektor energi yang masih murah, yakni PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Kemudian dari automomobile & component adalah PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO).
Dijelaskannya, penyebab masih murah emiten-emiten tersebut lantaran pertumbuhan laba yang signifikan tahun ini karena terdongkrak oleh harga komoditas energi masing-masing.
"Untuk sektor otomotif terdorong oleh pemulihan ekonomi dan suku bunga rendah mendorong peningkatan penjualan," katanya.
Hanya saja, dengan situasi saat ini Pandhu melihat prospek dari sektor energi yang lebih positif. Outlook ke depan diperkirakan juga masih memiliki potensi.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,55% ke Level 7.278 pada Penutupan Perdagangan Rabu (14/9)
Namun, dia menegaskan prospeknya tetap harus selalu dipantau. Sebab tingginya harga komoditas bukan hanya mendatangkan laba yang besar, tetapi juga mengandung risiko yang tinggi lantaran saat ini berada di level yang jauh di atas normal.
"Termasuk untuk ASII yang memiliki anak usaha di sektor komoditas," tambahnya.
Untuk saham-saham tersebut, Pandhu memasang rekomendasi buy. Hanya saja ia menyarankan hanya untuk trading, sehingga apabila terjadi penurunan harga komoditas maka saham-saham tersebut sebaiknya dilepas.
Sementara Lukman menilai investor bisa mencermati saham PNIN dengan target harga menggunakan resistance pada level Rp 1.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News