Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Dijelaskannya, penyebab masih murah emiten-emiten tersebut lantaran pertumbuhan laba yang signifikan tahun ini karena terdongkrak oleh harga komoditas energi masing-masing.
"Untuk sektor otomotif terdorong oleh pemulihan ekonomi dan suku bunga rendah mendorong peningkatan penjualan," katanya.
Hanya saja, dengan situasi saat ini Pandhu melihat prospek dari sektor energi yang lebih positif. Outlook ke depan diperkirakan juga masih memiliki potensi.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,55% ke Level 7.278 pada Penutupan Perdagangan Rabu (14/9)
Namun, dia menegaskan prospeknya tetap harus selalu dipantau. Sebab tingginya harga komoditas bukan hanya mendatangkan laba yang besar, tetapi juga mengandung risiko yang tinggi lantaran saat ini berada di level yang jauh di atas normal.
"Termasuk untuk ASII yang memiliki anak usaha di sektor komoditas," tambahnya.
Untuk saham-saham tersebut, Pandhu memasang rekomendasi buy. Hanya saja ia menyarankan hanya untuk trading, sehingga apabila terjadi penurunan harga komoditas maka saham-saham tersebut sebaiknya dilepas.
Sementara Lukman menilai investor bisa mencermati saham PNIN dengan target harga menggunakan resistance pada level Rp 1.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News