Reporter: Yuliana Hema | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai mencetak rekor tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH) pada intraday perdagangan Selasa (3/9), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada akhir perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Adapun IHSG ditutup terkoreksi 1,01% atau turun 78 poin ke level 7.616,52. Kendati begitu, investor asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp 116,83 miliar di seluruh pasar.
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya menjelaskan tercapaian ATH pada intraday Selasa (3/9) karena rilis data inflasi Indonesia. Pada Agustus 2024, terjadi inflasi sebesar 2,12% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,06.
Dia memproyeksikan IHSG masih terkonsolidasi dengan potensi penguatan jangka panjang yang masih terbuka lebar. William bilang koreksi wajar di pasar, bisa menjadi peluang bagi investor.
Baca Juga: IHSG Turun, 1 Sektor dari 11 Indeks Sektoral di BEI Negatif (3 September 2024)
"Investor dapat melakukan investasi untuk tenor jangka panjang dengan pemilihan saham-saham dengan fundamental kuat," jelas William dalam riset yang diterima Kontan, Selasa (3/9).
William bilang hal tersebut mengingat kondisi perekonomian yang masih stabil, yang ditunjang oleh nilai tukar yang masih terjaga serta kondisi harga komoditas yang tidak terlalu berfluktuasi.
Lebih lanjut, Yugen Bertumbuh Sekuritas memproyeksikan IHSG akan berbalik menguat di kisaran 7.606-7.767.
Sedangkan Phintraco Sekuritas, memproyeksikan IHSG akan melanjutkan pelemahannya. Valdy Kurniawan, Head of Research Phintraco Sekuritas menjelaskan secara teknikal IHSG mengalami break low MA5 di kisaran level 7.650 serta terdapat penyempitan positive slope pada indikator MACD.
"Hal tersebut mengindikasikan potensi pelemahan, sehingga IHSG berpotensi lanjutkan koreksi menuju level support 7.550 pada perdagangan Rabu (3/9)," katanya.
Baca Juga: Euforia di Pasar Saham Masih Semarak, Intip Saham Pilihan untuk Akhir Tahun 2024
Dari sisi global, pasar mengantisipasi rilis data Neraca Perdagangan Amerika bulan Juli 2024. Pasar memperkirakan bahwa Neraca Perdagangan Amerika di Juli 2024 akan kembali mengalami defisit sebesar minus US$ 78,9 miliar.
Valdy bilang hal tersebut menandakan nilai impor lebih tinggi dari nilai ekspor. Kondisi tersebut diyakini dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi AS pada paruh kedua 2024.
Dari kawasan Eropa, pasar mengantisipasi rilis data HCOB Services PMI Final bulan Agustus 2024 di Jerman dan Euro Area. Dari regional, pasar juga sedang menantikan rilis Caixin Composite PMI dan Caixin Services PMI Agustus 2024.
Saham pilihan Phintraco Sekuritas untuk perdagangan Rabu (3/9) jatuh pada PWON, CTRA, MDKA, JPFA, dan MAIN. Sementara pilihan Yugen Sekuritas jatuh pada HSMP, TLKM, ASII, BBRI, BBCA, SMRA, PWON, ASRI, KLBF, BINA dan TBIG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News