Reporter: Kenia Intan | Editor: Anna Suci Perwitasari
Di tambah lagi, posisi rupiah yang cenderung di bawah tekanan turut menyeret laju IHSG. Jumat (3/4), rupiah memang berhasil menguat ke Rp 16.430 per dolar AS atau naik 0,39% dibandingkan penutupan hari sebelumnya di Rp 14.495 per dolar AS.
Namun, dalam sepekan, nilai tukar mata uang Garuda tersebut sudah melemah 1,61%.
Nah, hitungan Hans Kwee, nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini akan berada di kisaran Rp 17.500 - Rp 20.000 per dolar AS. Ini terjadi, jika indikator makroekonomi seperti inflasi melesat ke kisaran 3,9%-5,1%. Posisi ini di atas target Bank Indonesia yang menebak kisaran inflasi ada di 3,1%.
Baca Juga: IHSG masih berpeluang melemah, investor bisa mulai beli
Sementara itu, harga minyak mentah di akhir 2020 berada di US$ 31 - US$ 38 per barel. Dan pertumbuhan ekonomi juga akan tertekan hanya 2,3% atau bahkan kontraksi 0,4%.
"Pergerakan IHSG akan sangat di pengaruhi pasar global dan regional. Support IHSG di level 4.393 sampai 3.918 dan resistance di level 4.848 sampai 5.112. Cenderung BOW atau beli ketika terjadi pelemahan di pasar," tambah dia.
Asal tahu saja, berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, IHSG dan bursa global lainnya biasanya menghijau. Penguatan di dorong laporan keuangan yang mulai bermunculan dan pembagian dividen oleh emiten. Akan tetapi menurut Hans Kwee, untuk kali ini akan berbeda, bursa cenderung masih akan lesu karena dampak dari virus corona.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News