kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.378.000   -2.000   -0,08%
  • USD/IDR 16.690   14,00   0,08%
  • IDX 8.602   80,24   0,94%
  • KOMPAS100 1.193   12,91   1,09%
  • LQ45 865   7,60   0,89%
  • ISSI 304   4,46   1,49%
  • IDX30 446   2,37   0,53%
  • IDXHIDIV20 515   2,35   0,46%
  • IDX80 134   1,57   1,18%
  • IDXV30 138   1,84   1,35%
  • IDXQ30 142   0,70   0,49%

IHSG Pecah Rekor Lagi, Saham Ini Jadi Penggeraknya


Rabu, 26 November 2025 / 20:35 WIB
IHSG Pecah Rekor Lagi, Saham Ini Jadi Penggeraknya
ILUSTRASI. IHSG tembus rekor 8.602 (ytd 20,09%) pada 26 November 2025. Analis sebut rebalancing MSCI & saham konglomerasi pendorong utama. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/28/10/2025


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum berhenti memecahkan rekor. Rabu (26/11/2025), IHSG mampu menembus level 8.602,13 sehingga mencerminkan pertumbuhan 20,09% sejak awal tahun atau year to date (ytd).

Namun, masih ada kekhawatiran bahwa pertumbuhan IHSG belum tentu mencerminkan kinerja pasar saham yang sesungguhnya.

Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas Abida Massi Armand mengatakan, rekor yang dibukukan IHSG ditopang oleh sentimen kuat dari aksi korporasi, rotasi masif ke saham-saham konglomerasi, dan adanya aliran dana yang bersifat teknikal.

Sentimen yang paling signifikan adalah rebalancing indeks global oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI), di mana dua saham Indonesia yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) masuk ke MSCI Global Standard Index. 

“Masuknya saham-saham ini memaksa dana institusi global pasif untuk melakukan inflow, sehingga mendorong harga dan bobot indeks secara agregat,” ujar Abida, Rabu (26/11/2025).

Baca Juga: IHSG Terus Melaju Berkat Saham Lapis Dua, Begini Proyeksinya Akhir Tahun

Abida memperkirakan ada 13 saham utama konglomerasi yang saat ini menyumbang bobot hingga 48,81% terhadap IHSG, contohnya TPIA, BREN, dan BRPT.

Sebaliknya, saham-saham big caps tradisional seperti perbankan masih berstatus laggard karena adanya tekanan aksi jual asing secara kumulatif sepanjang 2025 berjalan.

Penjualan bersih ini memberikan tekanan jual berkelanjutan yang sebagian besar terkait dengan kebijakan suku bunga tinggi The Fed yang mengurangi daya tarik pasar negara berkembang. 

Tren anomali ini diprediksi masih akan berlanjut selama sentimen aksi korporasi antar grup konglomerasi tetap kuat. Namun, terdapat potensi window dressing jelang akhir tahun, di mana saham-saham big caps yang fundamentalnya solid memiliki profitabilitas kenaikan harga yang tinggi, terutama pada Desember nanti.

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menilai, dalam beberapa pekan terakhir, penguatan IHSG justru kembali ditopang oleh saham-saham big caps dan emiten fundamental kuat. Kondisi ini berbeda dengan beberapa bulan sebelumnya, tatkala IHSG lebih banyak digerakkan oleh saham lapis kedua, saham-saham emas, dan grup konglomerasi. Dengan kata lain, tren penguatan IHSG kini sudah jauh lebih merata.

Hal ini terlihat jelas dari kinerja LQ45 yang akhirnya kembali menguat berkat dorongan aliran dana asing ke saham-saham berkapitalisasi besar dan berlikuiditas tinggi seperti perbankan, telekomunikasi, dan konsumer.

Baca Juga: Saham Eks MSCI Mulai Stabil, Begini Kata Analis

“Jadi, reli IHSG saat ini bukan hanya hasil dorongan saham-saham tematik, tetapi sudah kembali mencerminkan pemulihan pasar yang lebih luas,” kata dia, Rabu (26/11).

Ekky melanjutkan, prospek IHSG ke depannya masih positif seiring ekspektasi penurunan suku bunga acuan The Fed pada Desember 2025 yang akan menjadi katalis besar bagi emerging markets. Saham-saham lapis kedua dengan aksi korporasi dan sentimen konglomerasi masih akan aktif menjadi penggerak IHSG. Namun, saham-saham big caps, terutama konglomerasi juga menunjukkan momentum kuat. 

“Sektor perbankan, batubara, dan properti yang masih tertinggal secara year to date (ytd) juga berpeluang menyusul apabila arus dana asing terus meningkat,” imbuh dia.

Abida menyebut, saham-saham yang akan menggerakkan IHSG pada sisa tahun 2025 terbagi menjadi dua kategori. Pertama, sektor value berupa perbankan besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI yang diuntungkan oleh valuasi menarik dan rotasi musiman window dressing.

Kedua, sektor growth berbasis konglomerasi yang meliputi sektor energi, komoditas, dan industrial seperti BREN, AMMN, dan TPIA yang terus terdorong oleh aksi korporasi dan rebalancing indeks global.

Menurut Abida, secara teknikal level 8.660 merupakan level kunci yang harus dilewati IHSG untuk mempertahankan probabilitas kenaikan menuju target optimistis 9.000 pada akhir tahun nanti.

“Sektor utama yang akan menjadi penopang IHSG adalah sektor keuangan dan industrial atau energi,” jelas dia.

Di lain pihak, Ekky menyebut, secara historis likuiditas di pasar saham meningkat pada November—Desember seiring distribusi dividen interim, rotasi portofolio manajer investasi, dan masuknya dana institusi. Valuasi sebagian saham big caps yang saat ini relatif murah juga memperbesar peluang untuk menarik kembali dana asing. 

Dengan kombinasi ini, lanjut Ekky, IHSG berpeluang melanjutkan kenaikan dan diperkirakan dapat bergerak menuju area 8.900–9.000 hingga akhir tahun apabila sentimen global tetap kondusif.

Selanjutnya: Biaya Produksi Beras Lokal Dinilai 3 Kali Lebih Mahal dari Harga Impor Thailand

Menarik Dibaca: Hujan Ekstrem Landa Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (27/11) dari BMKG

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×