Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melejit hingga 3,2%, akhir pekan lalu, saat Joko Widodo (Jokowi) resmi diusung sebagai calon presiden oleh partai politiknya.
Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia menilai, kenaikan IHSG ini tak bertahan hingga berminggu-minggu. Paling lama, hanya dua hari-tiga hari ke depan. Soalnya, kenaikan IHSG tersebut cuma euforia sesaat karena pasar menginginkan Jokowi menjadi presiden.
Kenaikan IHSG sudah cukup tinggi, padahal, masih banyak hal lain yang menggerakkan pasar modal. Misalnya, bursa regional yang memerah.
Efek Jokowi memang bisa berkontribusi 10%-20% terhadap pergerakan IHSG. Tetapi proses pemilu masih lama dan panjang.
Meski naik, saya menilai, valuasi IHSG saat ini masih wajar. Dari awal tahun, prediksi IHSG tertinggi di tahun ini, menurut saya, di 5.200-5.650. Tapi, IHSG sampai akhir tahun, saya masih menghitung.
Belajar dari pengalaman tahun lalu, IHSG mencapai rekor tertinggi 5.200 di pertengahan tahun. Namun kondisi global membuat IHSG anjlok di akhir tahun.
Sejatinya, tren IHSG akan naik dalam jangka pendek dan menengah. Kondisi ini harus bisa dimanfaatkan para pelaku pasar dengan cerdas.
Jangka pendek, IHSG akan memasuki masa konsolidasi. Soalnya kenaikan sudah tinggi. Apalagi, kondisi regional masih cenderung melambat, sehingga investor pun akan realistis. Jadi hati-hati akan kenaikan semu. Namun, di masa konsolidasi IHSG tidak akan menjauhi level sekarang.
IHSG bisa di atas 4.700 dan resistance jangka pendek di 5.050. Investor tetap harus berhati-hati mengambil posisi buy on weakness saat IHSG turun dan sell on strengh saat naik. Ketika nanti sudah ada calon presiden tetap, IHSG bisa kembali bullish dan menguji resistance baru.
Tapi, target konsensus IHSG berada di 4.950 hingga akhir tahun. Saham perbankan masih menjadi incaran investor asing. Begitu juga saham emiten dengan kapitalisasi pasar besar lainnya seperti TLKM, ASII, dan PGAS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News