Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pelaku pasar global, termasuk di Indonesia, merespons positif kebijakan The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya. Mengekor bursa saham regional, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kemarin (16/3), ditutup menanjak 1,58% menjadi 5.518,24.
Ini merupakan posisi terkuat IHSG sejak mencatatkan rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarahnya, yakni di posisi 5.523,29, pada 7 April 2015.
Satu hal yang pasti, kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia kemarin menembus Rp 6.012 triliun. Ini adalah rekor tertinggi kapitalisasi pasar BEI sepanjang masa. Rekor sebelumnya adalah Rp 5.198,56 triliun, yang tercipta pada 8 November 2016.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyebutkan, penutupan IHSG kemarin mencerminkan bahwa fundamental Indonesia masih cukup kuat. Terkait kenaikan suku bunga The Fed, menurut dia, pasar sudah mengantisipasinya.
Bahkan saham perbankan yang biasanya paling terpengaruh justru tak mengalami goncangan dan mencatatkan reli. "Kami melihat, investor mencermati pembagian dividen yang semakin dekat," ungkap Hans kepada KONTAN, Kamis (16/3).
Dalam beberapa pekan terakhir, investor sudah berhati-hati dan membuat kalkulasi. Kenaikan suku bunga The Fed justru mengindikasikan perekonomian Amerika Serikat (AS) mulai membaik. Hal inilah yang justru menjadi bahan bakar bagi pasar global bergerak naik.
Efek bunga The Fed juga merembet ke pasar komoditas global. Harga komoditas energi seperti minyak mentah juga ikut menanjak.
Rekor IHSG
Hasil Pemilu di Belanda yang terbilang kondusif juga memberikan kepastian bagi pasar global. Dari dalam negeri, angka surplus neraca perdagangan Indonesia selama dua bulan pertama tahun ini, yakni lebih dari US$ 2,5 miliar, melampaui ekspektasi. "Sejak dua minggu lalu, pasar juga sudah melihat probabilitas kenaikan bunga The Fed sebagai keniscayaan," ujar Kepala Ekonom Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menambahkan, pasar saham global menghijau lantaran The Fed sudah memberikan kepastian mengenai suku bunga. "Seiring berjalannya waktu, IHSG sudah priced-in. Adanya kepastian bunga The Fed justru menjadi positif," ungkap dia.
Sejatinya, bukan hanya semata bunga The Fed yang menggerakkan pasar modal domestik. Belakangan ini, pelaku pasar juga mencermati pengumuman emiten di BEI mengenai kinerja keuangan 2016. Apalagi, ada bumbu dan pemanis berupa pembagian dividen oleh sejumlah emiten, kebanyakan emiten BUMN.
Menguatnya pasar modal domestik ditandai dengan optimisme pemodal asing untuk membenamkan investasinya di pasar Indonesia. Investor asing kemarin mencatatkan pembelian bersih (net buy) Rp 1,84 triliun.
IHSG kemungkinan bakal kering sentimen positif pada akhir April dan awal Mei. Bahkan, ada kemungkinan The Fed masih berpotensi mengerek bunga acuannya sebanyak dua hingga tiga kali lagi. Namun, menurut Hans, hal tersebut tidak akan berdampak besar bagi pasar modal.
"Kejadian pertama dan kedua lebih besar guncangannya ke pasar. Kemungkinan efek bunga The Fed yang ketiga dan keempat tidak terlalu besar," ujar Hans. Ia memprediksi IHSG pada hari ini (17/3) cenderung melemah di rentang support 5.500-5.480 dan resistance 5.520-5.550.
William optimistis, IHSG bisa mencetak rekor baru lantaran pasar kian percaya atas perekonomian global dan nasional. Ia memprediksi di akhir 2017 IHSG bisa mencapai 6.123.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News